Penerapan Biosekuriti Cegah Serangan Penyakit pada Hewan Ternak

Editor: Makmun Hidayat

MAUMERE — Matinya sebagian besar ternak babi di seluruh wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) akibat serangan virus African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika pertanda lemahnya biosekuriti atau upaya mencegah masuknya kuman atau wabah penyakit pada ternak.

“Penerapan biosekuriti pada ternak sangat penting agar terbebas dari serangan wabah atau penyakit terutama virus ASF yang telah menyebabkan kematian massal pada babi,” kata Kepala BBPP Kupang, drh. Bambang Haryanto saat memberikan pelatihan di aula Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Senin (20/9/2021).

Bambang mengatakan, jika selama pandemi Covid-19 kita mengenal istilah 3M maka menerapkan biosekuriti pada ternak dengan memperhatikan kebersihan kandang, pemakaian disinfektan serta hal lainnya.

Dia menegaskan, pelatihan mengenai pengetahuan untuk mencegah dan mengendalikan penyakit sangat penting agar ketika terjadi serangan virus pada ternak tidak menyebabkan kematian.

“Kita mengadakan pelatihan agar para peternak bisa mencegah dan mengendalikan serangan wabah penyakit pada ternak. Dengan begitu, kematian pada ternak bisa ditekan bahkan tidak ada kematian,” ungkapnya.

Kepala BBPP Kupang, Bambang Haryanto (kanan) dan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Mauritz da Cunha saat ditemui di Maumere, Senin (20/9/2021). -Foto: Ebed de Rosary

Bambang menyebutkan, Balai Besar Pengendalian Peternakan ( BBPP) Kupang memberikan pelatihan mengingat biosekuriti sangat penting dalam menangkal serangan virus termasuk virus ASF yang menyerang babi.

Iamenegaskan, pembangunan pertanian harus memprioritaskan petani dan penyuluh pertanian sebagai lokomotif atau penggerak dan pelopor yang inovatif, kreatif, profesional, mandiri dan mampu bersaing.

Lihat juga...