Harga Minyak Naik di Tengah Kekhawatiran Pasokan
Kemampuan ekspor Iran sebagian bergantung pada menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015-nya. Jendela tetap terbuka tetapi Teheran belum mengindikasikan apakah pihaknya bersedia untuk melanjutkan pembicaraan di Wina, kata seorang pejabat senior AS.
Dolar yang biasanya memiliki hubungan terbalik dengan harga-harga komoditas, turun dari level tertinggi satu bulan setelah Federal Reserve mengisyaratkan akan segera mulai mengurangi pembelian obligasi bulanan, dan menetapkan tingkat suku bunga yang lebih tinggi tahun depan, sambil menyisakan ruang untuk memperlambat segalanya jika diperlukan.
Bank sentral AS “memberikan pemberitahuan terlebih dahulu tentang niat taperingnya, sehingga mengkonfirmasi optimisme ekonominya, yang pada akhirnya menunjukkan permintaan minyak AS yang kuat,” kata Barbara Lambrecht, analis di Commerzbank.
Harga minyak juga mendapat dukungan karena kekhawatiran mereda atas kemungkinan gagal bayar jangka pendek oleh pengembang properti China Evergrande atas obligasi dolarnya.
Sebagai tanda penguatan permintaan bahan bakar, tingkat pemanfaatan kilang-kilang Pesisir Timur Amerika Serikat naik menjadi 93 persen, tertinggi sejak Mei 2019, data EIA menunjukkan. Lonjakan harga gas alam juga mendukung sentimen pasar, kata ANZ Research.
“Kekurangan pasokan gas dapat mendorong utilitas listrik untuk beralih dari gas ke minyak, jika musim dingin menjadi lebih dingin tahun ini,” tulis analis ANZ dalam sebuah catatan.
Harga gas alam telah melonjak di seluruh dunia dalam beberapa bulan terakhir karena faktor-faktor termasuk peningkatan permintaan terutama dari Asia ketika pulih dari pandemi, persediaan gas yang rendah, dan pasokan gas yang ketat dari Rusia. (Ant)