Geliat Sektor Bisnis Agro di Lamsel, Eksis di Masa Pandemi
Editor: Koko Triarko
“Andalan bagi saya sebagai pengepul, banyak pencari komoditas pertanian yang menjual untuk saya jual kembali,” ulasnya.
Eksistensi bisnis agro menjadi keuntungan bagi Murni, warga Desa Tanjungheran. Ia memanfaatkan kebun untuk menanam pisang berbagai varietas. Jenis pisang varietas ambon, kepok, janten kelas super dijual kepada salah satu pengepul. Kepercayan dengan pengepul membuat ia menerapkan sistem resi gudang. Setiap menjual puluhan tandan pisang, uang hasil penjualan akan dicatat.
Uang hasil penjualan yang dicatat akan diakumulasikan saat akhir bulan. Cara itu dilakukan untuk mengumpulkan hasil penjualan, sehingga bisa mencapai Rp3juta lebih per bulan.
Resi gudang menjadi cara menabung untuk memenuhi kebutuhan sekolah sang anak. Adanya usaha jual beli komoditas pertanian membuat hasil pertanian miliknya bisa terjual.
“Semua hasil pertanian yang dijual bisa menjadi sumber tabungan untuk jangka menengah,” terang Murni.
Stabilnya usaha agro berdampak positif bagi Budiman Saragih, sopir truk ekspedisi. Mengirim barang dari Jawa ke Sumatra kerap berupa furniture kayu dan saat ke Jawa mengangkut hasil pertanian.
Syarat perjalanan yang mudah bagi sektor ekspedisi barang kebutuhan pokok, membuat ia masih bisa mendapat uang jalan. Satu kali muat, ia mendapat upah Rp2juta, sebagian bisa menjadi uang jalan dan uang tiket.