Geliat Sektor Bisnis Agro di Lamsel, Eksis di Masa Pandemi
Editor: Koko Triarko

Ia mencontohkan, komoditas pisang sempat mengalami harga level terendah Rp500 per kilogram, dari semula Rp2.500. Sebaliknya, harga kelapa muda naik hingga Rp5.000 dari semula Rp3.000 per butir. Jenis kelapa muda bibir merah, bahkan pernah tembus Rp15.000 per butir.
Eksistensi bisnis agro diakui Irawan terlihat pada jenis rempah. Permintaan jahe merah, jahe gajah, kunyit dan kencur untuk empon-empon meningkat kala pandemi. Pada level petani, kenaikan harga memberi keuntungan. Naik turun harga, baginya sudah biasa.
“Kuncinya menjaga eksistensi dengan tetap menerima penjualan hasil petani, berapa pun harganya,” ulasnya.
Pasang surut dalam bisnis agro, tidak membuatnya berhenti berusaha. Risiko hasil pertanian busuk sebelum dikirimkan, penyusutan barang imbas busuk di perjalanan, berimbas kerugian. Sistem utang bisnis dengan cara mendapat bayaran separuh saat barang dikirim, bahkan kerap tidak dibayar, menjadi risiko. Sejumlah pelaku usaha bahkan pernah tidak dibayar, penerima barang mengemplang, bahkan kabur tidak membayar.
Minimalisir risiko, ia telah menjalin relasi dengan pelapak terpercaya. Minimal pembayaran dilakukan sepertiga atau separuh saat barang dikirim. Cara tersebut dilakukan untuk memutar modal. Pasalnya, dari pencari komoditas ia dominan membelinya secara tunai. Makin terjalin kepercayaan, tanpa menunda pembayaran ia bisa mendapat banyak komoditas.