Emas Terjun 1,92 Persen Terseret Kenaikan “Greenback” dan Imbal Hasil

CHICAGO — Emas mundur kian kencang pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), berada di jalur penurunan harian terbesar dalam sebulan, karena dolar yang lebih kuat dan imbal hasil obligasi pemerintah yang lebih tinggi menghilangkan daya tarik logam tersebut.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, terjun 35,2 dolar AS atau 1,92 persen menjadi ditutup pada 1.798,50 dolar AS per ounce.

Emas berjangka juga merosot 8,20 dolar AS atau 0,45 persen menjadi menetap 1.825,50 dolar AS pada Senin (6/9), setelah melonjak 22,2 dolar AS atau 1,23 persen menjadi 1,833,70 dolar AS pada Jumat (3/9), dan terpangkas 4,5 dolar AS atau 0,25 persen menjadi 1.811,50 dolar AS pada Kamis (2/9).

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya melonjak 0,5 persen, membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

“Pasar emas melihat beberapa retracement, dengan dolar kemungkinan akan naik lebih jauh dan menekan logam,” kata Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.

Emas mencapai tertinggi 2,5 bulan pada Jumat (3/9) setelah laporan pekerjaan AS yang jauh lebih lemah dari perkiraan memicu spekulasi bahwa Federal Reserve AS mungkin mendorong kembali pengurangan pembelian obligasi (tapering).

“Tetapi kenyataannya adalah mereka (Fed) ingin mulai melakukan tapering-nya, sehingga pasar (emas) akan melihat untuk memposisikan dirinya di depan jika hal itu benar-benar terjadi,” tambah Pavilonis.

Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dijadwalkan untuk bertemu berikutnya pada 21-22 September.

Emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang, yang disebabkan oleh langkah-langkah stimulus besar-besaran.

Lihat juga...