Di Usia 66 Tahun, Emed Masih Berjualan dengan Jalan Kaki
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
BANDUNG — Bagi sebagian orang, mencari uang untuk tetap bisa makan dan bertahan hidup bukan hal yang mudah. Emed (66) misalnya, pedagang kerupuk jendil asal kampung Pakusorok, desa Baros, Arjasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat ini harus menempuh perjalanan 15 kilometer setiap hari dengan berjalan kaki untuk memasarkan dagangannya.
Emed mengaku tidak punya pilihan lain, pasalnya di usia tua seperti itu, tidak ada lapangan kerja yang membutuhkan kriteria sepertinya. Ia pun mengatakan, tidak bisa mengendarai motor, sehingga satu-satunya cara adalah dengan berjalan kaki.
“Cuma bisanya begini. Alhamdulillah ini juga masih bisa jualan, walaupun lelah, tapi memang butuh perjuangan,” ujar Emed saat ditemui di desa Pinggirsari, Arjasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (21/9/2020).
Berjualan kerupuk jendil sudah Emed jalani sejak lima tahun terakhir. Ia merintis usaha tersebut bersama istri di rumah.
“Saya sama istri saja yang jalanin usaha ini. Istri yang bikin, saya yang jual. Anak saya cuma satu, dan sekarang tinggal di luar kota dengan istri dan anaknya,” kata Emed.
Lebih lanjut Emed mengungkapkan, pendapatan yang ia peroleh dari hasil jualan kerupuk jendil tidak seberapa besar, rata-rata Rp120 ribu per hari, bahkan bisa lebih kecil dari itu.
“Belum dipotong modal buat bikin kerupuk jendilnya, paling banyak untung bersihnya itu Rp50 ribu,” tandasnya.
Emed menyebut, telah memiliki beberapa langganan tukang bakso dan mie ayam di wilayah desa Pinggirsari, Patrolsari, dan Rancakole, yang biasanya mengambil kerupuk jendil miliknya.
“Jadi sistemnya saya taruh kerupuk di warung-warung bakso itu, besoknya tinggal dihitung berapa yang laku. Dari saya satu bungkusnya cuma Rp3.500, dijual sama tukang bakso sekitar Rp5.000. Saya juga kalau jual ke orang-orang biasa harganya Rp5.000,” jelas Emed.