2,5 Juta Keluarga di Jateng Belum Miliki Jamban Sehat

Editor: Koko Triarko

Pakar epidemiologi Undip, Dr. dr. Budi Laksono, MHSc di Semarang, Jumat (17/9/2021). -Foto: Arixc Ardana

SEMARANG – Jamban menjadi kebutuhan infrastruktur dasar untuk menuju keluarga sehat. Namun, ironisnya di Jawa Tengah masih ada sekitar 2,5 juta warga yang belum memiliki jamban sehat dan layak.

“Di dunia ini banyak didominasi penyakit menular, karena infeksi saluran usus, karena banyak orang yang buang air tidak di jamban, namun di sungai, di laut atau di kebun. Termasuk di Indonesia, di antaranya juga di Jateng, seperti diare, disentri, cacingan dan lainnya,” papar pakar epidemiologi Undip, Dr. dr. Budi Laksono, MHSc., di Semarang, Jumat (17/9/2021).

Dipaparkan, penyakit tersebut sebenarnya bisa dicegah dengan sanitasi yang baik. Di Indonesia, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), di Indonesia masih ada sekitar 20 juta keluarga yang tidak memiliki jamban, dengan 2,5 juta di antaranya ada di Jateng.

“Ketidak punyaan jamban di masyarakat ini ada beberapa faktor. Kita kategorikan dari empat faktor, pertama pada daerah tertentu, kesulitan air, sehingga jamban konvensional tidak bisa dibangun. Meski demikian, kita dari akademisi sudah memperkenalkan jamban amfibi, yang bisa digunakan baik ada air atau tidak,” terangnya.

Faktor lainnya, karena internal individual tersebut. “Dari sektor pendidikan, pengalaman, sosial dan kesadaran dari orang tersebut,  masih rendah. Termasuk sanitasi masih rendah,” terangnya.

Selain itu, saat ini pemerintah belum secara tegas mengatur, bahwa setiap keluarga harus atau wajib memiliki jamban. “Ini yang menjadikan masyarakat agak lamban, padahal di negara maju, keharusan rumah dengan jamban sudah dicantumkan dalam undang-undang sejak 1930. Di Indonesia, sampai sekarang ini, belum. Ada orang buang air di sungai, belum ada hukumnya. Untuk itu, secara hukum kita dorong ada aturan yang mengikat,” tambah dosen Magister Epidemiologi Undip tersebut.

Lihat juga...