Vulkanolog : Mitigasi Gunung Api Harus Dilakukan Terus Menerus

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

“Kondisi ini membuat penanganan gunung api ini membutuhkan multidisiplin. Sisi sosial akan berurusan dengan masyarakat, memastikan masyarakat bisa memahami bahaya dari gunung api dan bagaimana beradaptasi. Sementara, sisi sains yang memberikan hipotesa dan melakukan pengujian pada kondisi gunung api yang ada,” kata Mirzam lagi.

Ia menegaskan, sifat gunung api ini umumnya berubah dalam setiap waktu dan berbeda dengan gunung api lainnya.

“Jika kita mempelajari Merapi, mempelajari Krakatau, belum tentu bisa diterapkan pada Toba. Jika kita mempelajari sejarah Merapi di masa lalu, tak berarti yang akan terjadi pada masa sekarang akan sama dengan yang terjadi pada masa lalu itu. Jadi, penting sekali untuk kita semua terus belajar terkait gunung api, dengan mempelajari terus fenomena yang muncul,” ungkapnya.

Mirzam menyebutkan gunung api memang memiliki potensi positif. Seperti untuk wisata, baik mata air panas atau pemandangan alam atau pendakian, mata air, lahan subur, bahan tambang dan potensi pembangkit listrik panas bumi.

“Tapi harus diwaspadai bahayanya juga. Baik bahaya primer seperti aliran lava, wedus gembel, ejecta ballistic, abu vulkanik, gas beracun dan lahar. Serta bahaya sekunder yang terjadi paska erupsi, seperti banjir bandang, gempa bumi, tsunami, hujan asam, longsor ataupun penurunan daratan, perubahan iklim dan polusi atmosfir,” paparnya.

Ia menekankan, siklus pada dapur magma sangat dipengaruhi oleh keberadaan magma yang berada di bawahnya dan kondisi dinding.

“Secara normal, siklusnya bisa kita perkirakan. Tapi jika terjadi penambahan magma dari ruang di bawah dapur magma yang menjadikan berlebih muatan maka saat itu lebihnya ini akan menyebabkan erupsi,” paparnya lagi.

Lihat juga...