Setiap Tahun, Penyerapan Gabah Petani oleh Bulog Terus Menurun

Gudang Bulog -Dok: CDN

Namun yang menjadi persoalan, Bulog saat ini tidak bisa menyalurkan beras CBP secara rutin di setiap tahunnya. Hal itu dikarenakan, tidak ada kebutuhan rutin untuk mengeluarkan beras CBP. Jika sebelumnya pemerintah memiliki program beras untuk keluarga sejahtera (Rastra), yang diberikan kepada masyarakat tidak mampu dengan menggunakan beras CBP Bulog, sejak 2018 program tersebut diubah menjadi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), yang tak lagi menggunakan beras CBP.

Kondisi tersebut membuat stok beras di gudang Bulog menumpuk, sehingga menyebabkan penyerapan gabah petani tidak maksimal. Hal tersebut mengakibatkan jatuhnya harga gabah di tingkat petani, yang berdampak pada kesejahteraan petani. Suyamto mencatat, di 2020 dan 2021, anjloknya harga gabah banyak terjadi di tingkat petani. Yang biasanya penurunan terjadi hanya tiga sampai empat bulan, sempat terjadi hingga sembilan bulan dalam setahun.

Yang terbaru, harga gabah turun hingga 40 persen dari Harga Pokok Produksi (HPP) pada Juli 2021. Turunnya harga gabah tersebut dikarenakan Bulog tidak melakukan penyerapan, lantaran pada Juni 2021 stok CBP sudah mendekati 1,5 juta ton atau berada pada batas maksimal.

“Di masa panen gadu (panen musim tanam kedua), kasus harga jatuh sampai 40 persen harga di bawah HPP. Bulan juni stok Bulog sudah dekati 1,5 juta ton, kita hentikan pengadaan. Akibatnya di Juli banyak harga gabah di bawah HPP, ini kondisi yang kita tidak inginkan, tapi di satu sisi Bulog harus jaga stok satu sampa 1,5 ton, tapi tidak ada penyaluran menyebabkan pengadaan tidak optimal,” pungkasnya. (Ant)

 

Lihat juga...