Rade, Pemuda Kreatif di Sikka yang Enggan Mengalah pada Pandemi

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

Rade mengakui, jarang sekali di Flores maupun NTT yang mengerjakan kerajinan lampu hias paralon, kecuali di Pulau Jawa.

Sebuah lampu hias paralon sebutnya, memiliki tinggi 30 sentimeter dan diameter pipa 4 inch yang di dalamnya dilengkapi dengan lampu aneka warna, sesuai pesanan atau keinginan.

“Ada yang memesan berukuran lebih tinggi seperti tulisan kaligrafi dan ayat-ayat kursi. Memang harganya lebih mahal karena proses pembuatannya rumit,” ujarnya.

Dirinya berpesan kepada anak-anak muda di Kabupaten Sikka maupun NTT untuk terus berkarya memanfaatkan bakat dan keahlian yang dimiliki.

Pesan dia, jangan takut untuk memulai sebuah usaha dan meraih sukses serta mulailah dari apa yang dimiliki, mulai dari usaha kecil-kecilan hingga suatu saat meraih sukses.

“Jangan takut untuk memulai usaha meskipun hanya kecil-kecilan di rumah. Bila kita rajin dan tekun, lama kelamaan akan menjadi besar dan bisa mendatangkan keuntungan yang besar,” ucapnya.

Salah seorang wirausaha di Kota Maumere, Elisia Digma Dari mengakui, selama masa pandemi Covid-19 memang sebagai wirausaha tidak bisa hanya mengandalkan satu jenis usaha.

Elis sapaannya menyebutkan, harus berani membuat terobosan dan membaca peluang agar bisa memperoleh pendapatan meskipun tidak seberapa asal rutin.

Dia mengaku harus menekuni berbagai usaha penjualan produk agar bisa memperoleh pendapatan yang lumayan.

“Saya harus berani membuat terobosan usaha setelah memutuskan terjun berwirausaha setelah kehilangan pekerjaan sebagai pemandu wisata akibat pandemi Covid-19,” pungkasnya.

Lihat juga...