Ketika Paham Komunis Memimpin

OLEH: HASANUDDIN

Pola hubungan yang telah terbangun lama antara Soekarnoisme dengan Maoisme sesungguhnya tidak pernah pupus. Komunikasi politik keduanya senantiasa terjalin dengan baik. Bahkan ditengarai bahwa tarikan paham komunisme itulah yang senantiasa mengganggu atau menghalangi pelaksanaan ideologi Pancasila selama ini.

Dukungan keuangan dari para Taipan yang memiliki koneksi, baik historis, biologis, maupun ekonomis dengan Tiongkok salah satu faktor penting menguatnya paham komunisme ini dalam dua dekade terakhir, atau sejak Megawati menjadi Presiden hingga dewasa ini. Demikian menurut Sri Bintang Pamungkas dalam catatan obituarinya atas wafatnya Rachmawati Soekarnoputri.

Nafsu politik Jokowi untuk memperpanjang masa jabatan ke periode berikutnya melalui amandemen UUD 45, disinyalir terkait dengan adanya klik politik para Taipan berhaluan Tiongkok ini. Meskipun klaim sebagian kalangan, atas praduga seperti ini masih perlu dibuktikan.

Marakanya ujaran kebencian kepada ajaran agama, adalah pertanda lain dari kebangkitan paham komunisme di Tanah Air. Hal seperti ini jarang sekali  bahkan tidak terdengar di masa Soeharto yang anti-komunis itu berkuasa.

Tuduhan radikalisme, anti-Pancasila kepada golongan tertentu, mengingatkan sebagian kalangan akan tudingan Aidit Cs pada dekade 60-an hingga meletusnya apa yang disebut G30S/PKI oleh Orde Baru. Sebuah fase sejarah perjalanan bangsa, yang hingga hari ini tidak hanya membuat keturunan  Soeharto, keturunan Sarwo Edhie Wibowo, dengan keturunan Soekarno bermusuhan, tapi juga menyebabkan konsolidasi demokrasi mengalami kegagalan, akibat menguatnya “partai keluarga” dalam praktik demokrasi pasca tumbangnya Orde Baru.

Lihat juga...