Ketika Paham Komunis Memimpin
OLEH: HASANUDDIN
SEORANG penulis membuat tulisan dengan pertanyaan “Luhut Merah Putih atau Merah”? viral di berbagai grup percakapan sosial. Pertanyaan itu sontak memperoleh perhatian, karena bagaimanapun Luhut Binsar Panjaitan itu adalah eks tentara yang semestinya memiliki nasionalisme kebangsaan yang tinggi atau disebut tulisan itu sebagai “merah putih”.
Namun ketika Luhut begitu kekeuh membela kepentingan Komunis China di Indonesia–yang terbaca dari berbagai pernyataan dan kebijakannya di bidang investasi, ketenagakerjaan, pemihakan kepada vaksin Sinovacs daripada kepada vaksin Nusantara (produk anak negeri), publik tidak hanya bertanya-tanya, tapi juga nampaknya telah yakin bahwa Luhut ini telah bekerja di bawah nalar pemikiran yang sejalan dengan rezim Komunis Tiongkok.
Dalam berbagai kesempatan Luhut memang tampil “akrab” dengan rezim Komunis Tiongkok. Dia misalnya “menjamu” Menlu Tiongkok di kampungnya di Tapanuli, juga dalam berbagai urusan kenegaraan Luhut selalu dipercaya untuk menjadi “jembatan” pemerintahan Jokowi dengan rezim Komunis Tiongkok.
Isu paling mutakhir yang menjadi perhatian publik adalah pernyataannya bahwa Komunis Tiongkok akan membangun pabrik vaksin di Indonesia, namun pada sisi lain, Luhut tidak pernah memberi apresiasi kepada produk vaksin dalam negeri sendiri. Seorang anggota DPR mengaku tidak paham dengan logika berpikir Luhut yang demikian itu.
Apakah pola pikir Luhut yang nampak lebih pro kepada kepentingan Komunis Tiongkok daripada kepentingan bangsa Indonesia dalam pengadaan vaksin itu adalah murni ciri khas dari Luhut seorang, ataukah juga merupakan bagian dari “perintah” Jokowi selaku Presiden? Sehingga dapat dikatakan bahwa pemerintahan Indonesia dijalankan sesuai paham Komunis Tiongkok?