Tak Dikelola, Sampah Medis Isoman Bisa Mengancam Kesehatan
Editor: Makmun Hidayat
Caranya pun mudah, sampah medis berupa masker atau lainnya, sebaiknya dipotong menjadi dua lebih dulu, kemudian disemprot dengan disinfektan, kemudian dibungkus plastik secara rapat, baru kemudian dibuang ke tempat sampah khusus medis.
“Memang tidak semua ada fasilitas tempat sampah khusus medis, apalagi jika isoman di rumah. Untuk itu, saya minta pasien isoman, untuk melaporkan diri ke puskesmas terdekat, bisa lewat telepon atau WA, sehingga dilakukan pendampingan dan pengawasan kesehatan. Termasuk juga mendapat edukasi terkait pengelolaan sampah medis,” terangnya.
Terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang, Sapto Adi Sugihartono, saat dihubungi dalam kesempatan yang berbeda, mengakui selama ini pengelolaan sampah medis dari pasien isoman belum dilakukan secara optimal. Masih ditemukan sampah medis yang bercampur dengan sampah umum.
Termasuk, belum optimalnya pemanfaatan dropbox atau tempat sampah khusus limbah medis, yang selama ini sudah ditempatkan di masing-masing kantor kecamatan di Kota Semarang.
“Sejauh ini, memang tidak banyak warga yang memanfaatkan dropbox tersebut. Untuk itu, strateginya kita ubah, dengan penempatan di kantor kelurahan sehingga lebih mudah dijangkau. Selain itu, kita juga bagikan sekitar 800 safety box per kelurahan, untuk nantinya digunakan oleh warga yang sedang melakukan isoman di lingkungan tersebut, dalam pengelolaan sampah medis,” terangnya.
Sapto menandaskan, pengelolaan sampah medis ini penting, dalam upaya ikut serta mencegah penyebaran virus Covid-19, sebab sampah infeksius yang tergolong berbahaya.
“Kita sampaikan kepada warga yang melakukan isoman, untuk bisa memilah sampah, dipisahkan antara sampah medis dan sampah biasa. Pemilahan ini, juga akan memudahkan petugas DLH saat mengangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA),” tandasnya.