Setia dengan Tembakau, Petani ini Trauma Melirik Tanaman Lain
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
BANDUNG — Kejadian dua tahun lalu tidak akan pernah dilupakan oleh Jajang (60), petani asal desa Mandalasari, kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Saat itu ia mengaku tergiur peluang meraup keuntungan besar dari menanam cabai, yang harganya sangat tinggi.
Jajang pun rela membongkar tabungannya, serta menjual sepeda motor miliknya untuk modal berkebun cabai. Kurang lebih modal yang terkumpul saat itu mencapai Rp22 juta. Dengan uang itu, ia pun mulai menanam cabai di lahan miliknya, yang luasnya hampir satu hektare.
Sayang, saat musim panen tiba, harga cabai tiba-tiba merosot sangat tajam. Yang semula berada di kisaran harga Rp80 ribu per kilogram, menjadi hanya Rp3 ribu per kilogram.
“Saya betul-betul trauma. Uang sudah habis banyak, tenaga apalagi, tapi hasilnya bikin sakit hati,” cerita Jajang saat dijumpai Cendana News, Senin (19/6/2021) di kebun miliknya, di kampung Cipulus.
Sejak saat itu Jajang mengaku kapok meninggalkan kegiatan berkebun tembakau, tanaman yang selalu digarapnya sejak usia muda, atau sejak tahun 1982.
“Memang bertani tembakau ini capek, hasilnya lama (setahun sekali), dan tidak sebesar penghasilan dari sayuran. Tapi pendapatan dari tembakau itu selalu cukup untuk penuhi keinginan,” ujar Jajang.
Pasca kegagalan berkebun cabai, Jajang mengaku, terpaksa meminjam uang kepada rentenir untuk modal berkebun tembakau. Waktu itu uang yang dipinjamnya sebesar Rp5 juta. Dan harus dikembalikan sebesar Rp9,5 juta.
“Istri saya sempat melarang pinjaman itu, tapi saya yakinkan ke dia kalau kita pasti bisa lunasi dari hasil kebun tembakau,” kata Jajang.
Beruntung, lagi-lagi hasil berkebun tembakau mampu mengeluarkan Jajang dan keluarganya dari utang. Tahun lalu, ia berhasil mendapatkan uang Rp23 juta dari tembakau.