Petani Purbalingga Kembangkan Pertanian Ramah Lingkungan

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

PURBALINGGA – Petani di Kabupaten Purbalingga mulai didorong untuk mengembangkan pertanian yang ramah lingkungan. Yaitu dengan penggunaan pupuk organik, pestisida nabati, penggunaan irigasi terputus atau intermittent serta pemilihan benih yang berkualitas unggul.

Kepala Dinas Pertanian (Dinpertan) Kabupaten Purbalingga, Mukodam mengatakan, penerapan sistem pertanian yang ramah lingkungan tersebut, dalam upaya mendukung program Kementrian Pertanian (Kementan) yaitu Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project atau SUMURP yang menerapkan pertanian cerdas iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA).

“Kita sudah mulai menerapkan sistem tersebut di Kecamatan Kemangkon dan Kecamatan Bukateja, dimana petani di sana sudah mulai menggarap sawah dengan metode yang ramah lingkungan,” jelasnya, Senin (12/7/2021).

Lebih lanjut Mukodam mengatakan, pihaknya melakukan mitigasi Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dengan mengembangkan teknologi CSA melalui demplot padi sawah sistem Jajar Legowo.

Sistem ini menggunakan input yang ramah lingkungan seperti penggunaan pupuk organik, benih unggul, pestisida nabati, pengolahan lahan macak-macak dan penggunaan irigasi terputus.

Secara teori Gas Rumah Kaca (GRK) adalah gas di troposfer yang mampu menyerap sinar infra merah yang kemudian dipantulkan oleh bumi sehingga bumi menjadi hangat.

Suhu permukaan bumi tanpa gas rumah kaca akan 33 derajat celcius lebih dingin dibandingkan suhu saat ini. Akan tetapi karena tingginya aktivitas manusia, termasuk kegiatan pertanian, jumlah GRK meningkat drastis, inilah yang diprediksi akan menaikkan suhu bumi, sehingga harus dikendalikan.

Lihat juga...