Peneliti LIPI: Pemantauan Neraca Air Terpadu dan Terkendali, Perlu

Editor: Makmun Hidayat

Penerapan sistem, lanjutnya, juga harus disertai dengan peningkatan kolaborasi dengan produsen instrumentasi hidrometeorologi dan instansi yang dapat memanfaatkan hasil tersebut.

“Dengan memanfaatkan hasil pengamatan dari penerapan sistem maka suatu bentuk ketahanan air dapat tercapai,” tandasnya.

Sensus menyatakan ketahanan air yang merupakan hal penting dalam aspek kehidupan, memiliki lima tolok ukur yang harus dipantau yaitu kuantitas, kualitas, kontinuitas dan keamanan.

“Sistem pemantauan ini, bisa kita bagi menjadi dua, yaitu sistem neraca air kalang terbuka dan sistem neraca air kalang tertutup,” katanya.

Sistem pemantauan neraca air kalang terbuka terbagi menjadi tiga, yaitu subsistem telemetri hidrologi simplex dengan komponen curah hujan, ketinggian air, cuaca dan kulitas air, subsistem komunikasi suara secara half duplex dan subsistem peringatan dini secara full duplex baik yang bergerak dan yang tidak bergerak.

“Contohnya, di PLTA Cirata, yang salah satunya digunakan untuk memastikan ketersediaan air yang cukup untuk mendukung pasokan listrik,” ujarnya.

Sementara untuk neraca air kalang tertutup akan memantau secara real time curah hujan, intersepsi, evaporasi, transpirasi, infiltrasi dan air larian.

“Fungsi di lapangannya adalah diadaptasi untuk mengukur ketinggian air kolong di subDAS dan reservoir, pH dan kekeruhan air, serta tekanan pompa di PDAM. Salah satunya menggunakan WGRBC generasi tiga,” ujarnya.

Dengan menginduk pada rencana kerja pemerintah periode 2020 dan juga apa yang diamanatkan dalam prioritas riset nasional periode 2020 -2024 maka perlu dilakukan kegiatan prioritas Smart Water Management System (SWMS).

Lihat juga...