Pembuatan Jala di Bakauheni Sokong Peluang Usaha Baru Warga
Editor: Makmun Hidayat
Eko Prapto bilang berkat ketelatennya ia mulai bisa membuat jala hanya dalam waktu 21 hari atau tiga pekan. Hasil pembuatan jala yang rapi nyaris sama dengan yang dijual di toko membuat pemesan bertambah. Semula ia mengaku harga senar pergulung atau roll hanya Rp500. Kini pergulung senar dibeli seharga Rp7.000, rantai batu jala semula Rp15.000 per kilogram menjadi Rp70.000 per kilogram.
Satu jala berukuran 2 meter sebut Eko Prapto menghabiskan sekitar 150 gulung senar. Jika 1 gulung dibeli seharga Rp5.000 ia menyiapkan modal senar Rp750.000. Satu jala membutuhkan 5 kilogram rantai batu jala seharga Rp70.000 atau menghabiskan Rp350.000. Selain itu dibutuhkan tali penarik, pelampung sehingga modal bisa mencapai Rp1,2juta.
“Modal yang digunakan menyesuaikan harga bahan baku sehingga kerap saya tawarkan kepada konsumen agar membeli bahan sendiri,” ulasnya.
Sebagai perbandingan jika konsumen ingin terima beres ia akan menjualnya seharga Rp1,4 juta. Perhitungannya ongkos pembuatan selama tiga pekan dihitung sebesar Rp200.000. Hal yang sama berlaku bagi konsumen saat membawa semua bahan pembuatan jala. Hasil pembuatan jala dominan dipakai untuk usaha nelayan, penjala udang pada tambak milik petambak perseorangan dan perusahaan.
Berkat usahanya, Eko Prapto bilang bisa membuka peluang usaha bagi orang lain. Bagi yang bekerja sebagai nelayan tangkap, jala ukuran lubang 2 inchi dibuat olehnya. Sebaliknya untuk jala penangkap udang dibuat ukuran 1,5 inchi. Bagi nelayan jala bisa digunakan hingga lima tahun sebagai sumber penghasilan. Hal yang sama digunakan oleh penjala udang yang membantu pemanenan udang milik petambak.