Pandemi, Bisnis Bunga Anggrek Tetap Menjanjikan
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
“Kondisi Covid-19 ini penjualan justru meningkat pesat mencapai 100 persen. Ini tercatat dari rata-rata penjualan anggrek 5000-6000 buah per bulan. Padahal, sebelum Covid yang terjual itu antara 2000-3000 anggrek,” urainya.
Terkait keuntungan (provit) yang didapat sangat lumayan mencapai puluhan jutaan. “Kalau kita bicara provit kisaran sekitar 80-90 juta per bulan. Tapi kan kami punya kewajiban pegawai, sewa kavling dan lainnya,” ujarnya.
Dalam memasarkan ragam jenis anggreknya, Jaka tidak hanya melayani pengunjung TAIP. Tapi juga pembeli sistem pemasaran online bagi individu dan pedagang anggrek dari seluruh Indonesia.
“Selain pembeli yang datang ke sini, saya juga melayani pedagang anggrek luar kota dan luar pulau di seluruh Indonesia. Karena permintaan peningkat, terkadang stok kosong, kekurangan. Jadi mesti pun saya punya kebun anggrek tapi tidak mencukupi, terkadang saya suka ambil dari kebun penganggrek lain,” paparnya.
Harga anggrek menurutnya, sangat terjangkau. Setangkai anggrek Bulan itu seharga Rp 150 ribu, anggrek Vanda Rp 250 ribu, dan anggrek Dendrobium itu tergantung ukuran besar kecilnya, harga termurah Rp 40 ribu dan termahal Rp 1 juta.
Di tengah pandemi Covid-19 ini menurutnya, bunga anggrek menjadi salah satu tren yang banyak digemari masyarakat untuk membuang kejenuhan dan mengisi waktu luang di rumah.
Jaka juga mengaku tidak ada kendala yang berarti selama menjalani bisnis anggrek ini. Karena dia menjalani bisnis ini kini menjadi hobi yang menjanjikan.
“Di massa pandemi, anggrek tetap menjadi primadona pecinta tanaman hias. Apalagi anggrek ini bukan bunga musiman, dan masing-masing jenis anggrek memiliki ciri khas yang membuat pembelinya terpesona,” pungkasnya.