Selain itu keterlambatan bicara merupakan salah satu penyebab keterlambatan yang sering dijumpai. Penyebabnya sangat luas dan kompleks, sehingga perlu diketahui tanda-tandanya agar mudah mendeteksi terjadinya keterlambatan bicara.
Ia menjelaskan pada usia 0-6 bulan reaksi anak pada suara adalah tenang dan waspada, lalu mengarah ke sumber bunyi seperti mainan bersuara dan mengenal emosi dari nada bicara.
Pada usia: 6-12 bulan anak mengerti nama orang terdekat, mengenal panggilan, dan ekspresif.
Memasuki usia 18-24 bulan anak mengikuti perintah dua langka, mendengarkan cerita dan 50 persen sudah bisa dimengerti
Masuk usia: 2 – 3 tahun anak tahu nama benda , kalimat dan bisa bernyanyi.
Selanjutnya di usia 3 – 5 tahun tertarik mendengarkan cerita, menyebut nama, membedakan jenis kelamin dan kalimat lebih panjang.
Ia mengingatkan sejumlah hal yang harus diwaspadai orang tua adalah jika pada usia dua bulan anak tidak ada reaksi suara harus waspada.
Lalu usia 6 bulan tidak menoleh ke sumber bunyi, usia 10 bulan tidak respon terhadap panggilan, usia 12 bulan, tidak meminta/menunjuk, dan usia 15 bulan tidak menyebut tiga kata spontan.
“Dari tanda-tanda tersebut ibu harus mewaspadai sejak dini agar tidak terjadi keterlambatan bicara pada si kecil secara berkelanjutan,” ujarnya.
Untuk memastikan anak terkena speech delay atau tidak, maka perlu dilakukan pemeriksaan oleh dokter pada anak.
Pada awalnya dilakukan skrining pendengaran guna memastikan ada atau tidak adanya kelainan organ bicara atau anggota tubuh lain. Kemudian dilakukan juga test pendengaran dengan Oto Acustic Emission (OAE) dan atau Brain Evoked Respons auditory (BERA). Atau dapat juga dengan menggunakan instrument tes daya denganr (TTD) sesuai usia(Kemenkes 2014)