Ada Penambahan 12 Kasus HIV dan AIDS di Sikka

Editor: Maha Deva

MAUMERE – Kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) terus bertambah. Di 2020 lalu terjadi penambahan 74 kasus, sementara di 2021 hingga akhir Februari lalu sudah terdapat tambahan 12 kasus baru.

“Hingga akhir Februari 2021 jumlah kasus bertambah 12 kasus . Di 2020 lalu ada 904 kasus,” sebut Sekertaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Sikka, NTT, Yohanes Siga, Jumat (11/6/2021).

Yan menyebut, dari 2003 hingga 2020, jumlah kasus HIV dan AIDS ada 904 kasus. Sementara di Akhir Februari 2021jumlahnya sudah mencapai 916 kasus.  “Jumlah kasus dilihat dari profesi hingga akhir Februari 2021, ibu rumah tangga masih yang terbanyak, dengan 229 kasus. Pekerja swasta menyusul dengan 148 kasus,” tambahnya.

Sementara untuk kalangan petani, yang terinfeksi HIV dan AIDS berjumlah 147 orang, kemudian dari kalangan sopir ada 56 orang, dari segmen buruh ada 47 orang, dari kelompok karyawan ada 40 orang, dari kelompok Pekerja Seks Komersial (PSK ) ada 36 orang, dan yang bestatus tidak bekerja ada 29 orang. Sementara berprofesi lainnya, tercatat ada sebanyak 28 orang.

Sekertaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Sikka,NTT,Yohanes Siga saat ditemui di kantornya di Jalan Achmad Yani,Kota Maumere, Selasa (8/6/2021).Foto : Ebed de Rosary

Sementara dari kalangan PNS, TNI dan Polri, yang tertular HIV dan AIDS sebanyak 24 orang, balita 24 orang, mahasiswa 21 orang, pelajar 10 orang, nelayan sembilan irang, disusul waria dan  satpam masing-masing tujuh orang. “Ada juga yang berprofesi Anak Buah Kapal sebanyak 6 orang, perawat 2 serta narapidana dan koki masing-masing 1 orang. Kalau melihat data, semua profesi sudah tertular HIV dan AIDS,” ungkapnya.

Sementara itu, dari 21 kecamatan di Kabupaten Sikka, jumlah kasus HIV dan AIDS terbanyak ada di Kecamatan Alok, dengan 146 kasus, disusul Alok Timur dengan 125 kasus, serta Nita dan Alok Barat masing-masing 82 kasus. “Semua kecamatan ada kasus HIV dan AIDS dengan jumlah kasus terendah berada di Kecamatan Tanawawo sebanyak enam kasus, disusul Waiblama delapan orang, Mapitara sembilan kasus, serta Palue sebanyak 15 kasus,” ungkapnya.

Pengelola Program KPA Sikka, Yakobus Ernesto Kalla menambahkan, kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Sikka, terbanyak terjadi akibat hubungan seks heteroseksual. dengan persentase mencapai 88 persen. Sisanya, kasusnya tertular melalui hubungan homoseksual atau hubungan seks sesama jenis, serta perinatal atau penularan dari ibu kepada anaknya. “Untuk mengatasi terjadinya penularan maka setiap orang harus pro aktif melakukan tes HIV dan menghindari penggunaan narkoba dan tato. Hindarilah hubungan seksual dengan pasangan yang beresiko tertular,” sarannya.

Jack meminta, apabila sudah tertular HIV, maka secara rutin harus mengkonsumsi obat ARV, mematui anjuran dokter dan tetap melaksanakan perilaku hidup sehat dan bersih.

Lihat juga...