Sistem Polikultur Tanaman di Perbukitan Beri Nilai Ekologi dan Ekonomi

Editor: Makmun Hidayat

Penanaman pohon penghasil buah memungkinkan ia bisa mendapat manfaat ekonomis berkelanjutan. Jenis pohon durian, jengkol, pala dan durian yang berbuah mengikuti musim jadi investasi jangka menengah dan panjang. Investasi hijau dengan penanaman pohon tertentu diantaranya pala, alpukat ikut memberi hasil sampingan.

“Jenis pala dan alpukat yang kami kembangkan menghasilkan buah lalu kami buat menjadi bibit untuk dijual,” ulasnya.

Pemanenan buah pala dengan sistem pemilahan dilakukan Murzani, salah satu petani di Desa Girimulyo, Kecamatan Marga Sekampung, Lampung Timur, Rabu (19/5/ 2021). -Foto Henk Widi

Varietas alpukat siger sibatu atau hasil persilangan antara alpukat lokal dan alpukat jenis lain jadi ciri khas wilayah Marga Sekampung. Dikenalnya sejumlah tanaman dengan contoh keberhasilan warga dalam polikultur membuat warga berkreasi. Kreasi dilakukan dengan menjual produk bibit yang disemai dari biji lalu dilakukan sistem sambung pucuk. Selain mendapat hasil dari tanaman indukan, petani bisa menjual bibit keluar daerah.

Murzani, warga Marga Sekampung yang fokus mengembangkan pala menyebut mendapat hasil ekonomis. Namun ia menyebut polikultur menjadi sistem pertanian berbasis kehutanan. Penggundulan hutan untuk penanaman komoditas semusim seperti jagung kerap berimbas longsor. Ia dan sejumlah petani lain mendapat penyuluhan dari instansi terkait.

Penyuluhan sebutnya diberikan oleh Idi Bantara, kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Way Seputih Way Sekampung. Penyuluhan pentingnya menjaga sumber air perbukitan untuk pasokan sungai dilakukan dengan tanaman tepat. Jenis tanaman pala, jengkol, durian, alpukat memberi hasil bagi petani. Jangka panjang pasokan air ke sejumlah sungai tetap stabil imbas keberadaan pohon.

Lihat juga...