Pohon dalam Khazanah Al-Qur’an
OLEH: HASANUDDIN
AL-QUR’AN diturunkan dengan menggunakan lisan al-arab (bahasa percakapan sehari-hari orang Arab), agar mudah bagi (generasi awal) umat Islam yang berdiam di Mekah dan sekitarnya dalam memahaminya. Selanjutnya melalui merekalah ajaran Al-Qur’an itu tersebar ke berbagai penjuru dunia, setelah diterjemahkan melalui berbagai bahasa setempat, agar umat di berbagai belahan dunia tersebut juga mudah dalam memahaminya.
Bahasa Arab dengan demikian jika diibaratkan sebuah pohon, maka posisinya adalah akar dan batang dari pohon tersebut, sementara bahasa lain yang menerjemahkan ajaran Al-Qur’an berbahasa Arab ini dapat diumpamakan sebagai cabang-cabangnya. Lalu di suatu negara, Al-Qur’an itu diterjemahkan lagi dalam bahasa etnik, suku dalam suatu bangsa, yang dapat diibaratkan sebagai ranting-rantingnya, dan pengamalan dari ajaran tersebut dapat diumpamakan sebagai buahnya.
Dalam perspektif ajaran Islam, pohon seperti sebuah al-kalimah (perkataan), dan perkataan yang baik disebut sajarathun tayyibah. Dan sebaik-baik perkataan adalah mengatakan bahwa: La Ilaha Illa Allah (tidak ada yang berhak disembah selain Allah). Teks dari kalimat ini dipahami melalui ilmu syariat, makna dibaliknya dipahami melalui ilmu hakikat, ilmu hakikat diperoleh melalui tarekat, dan buahnya dirasakan berupa ma’rifat. Bertentangan dengan hal ini, Allah swt juga menciptakan pohon yang buruk, sebagaimana Firman-Nya:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ (24) تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الأمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (25) وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الأرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ (26) }