Ketan Simbol Perekat Silaturahmi Kala Lebaran
Editor: Koko Triarko
Mempererat persaudaraan dalam berbagai kuliner, sebut Suryati, kerap menjadi pelengkap. Setiap tamu yang datang wajib menyantap hidangan yang disiapkan.
Ia menyebut ,keikhlasan, pemberian dalam bentuk hidangan sebagian merupakan berkah. Bagi dirinya yang bekerja sebagai petani, hasil karya produk agraris disajikan dalam bentuk kue dan makanan.
“Setahun sekali, hidangan istimewa jadi simbol rasa syukur, ungkapan nyatanya dengan memberi tamu hidangan terbaik,”cetusnya.
Suryati mengaku akan merasa senang saat tamu menyantap hidangan. Beberapa tamu yang datang bahkan akan diberinya bekal. Tapai ketan hitam dan wajik kletik, dua makanan berbahan ketan yang jarang ditemui kerap menjadi oleh-oleh kerabat.
“Memberi oleh-oleh menjadi tradisi, terutama saat anggota keluarga pulang kampung. Namun, larangan mudik berimbas sejumlah keluarga urung pulang kampung,” katanya.
Stevani, salah satu kerabat yang datang mengaku jarang menikmati tapai ketan hitam. Kuliner dengan proses fermentasi itu memiliki aroma wangi dan manis. Beras ketan hitam yang merekat menyatu dan menghasilkan air yang memiliki rasa manis. Hidangan istimewa itu jarang ditemui olehnya, kalaupun ada harus membeli dari pembuat kue.
“Sambutan hangat saat silaturahmi keluarga masih terasa di pedesaan Lampung Selatan,” sebutnya.
Bisa berkunjung ke kerabat, sebut Stevani, tetap dengan menjalankan protokol kesehatan. Suasana lebaran yang tetap dirayakan dalam kesederhanaan menjadi cara untuk menjalin kebersamaan. Keramahtamahan setiap keluarga yang dikunjungi kerap terwujud dalam tawaran makan. Sejumlah hidangan tradisional tersaji untuk setiap tamu yang berkunjung.