Ketan Simbol Perekat Silaturahmi Kala Lebaran
Editor: Koko Triarko
LAMPUNG – Dalam suasana lebaran di pedesaan Lampung Selatan, menghadirkan sejumlah sajian istimewa. Selain hidangan makanan berat berupa ketupat, lontong pengganti nasi bersama opor, gulai, menu makanan ringan juga disajikan.
Suryati, warga Desa Gandri, Kecamatan Penengahan, menyebut hidangan istimewa kerap dibuat kala lebaran. Beberapa hidangan tak lepas dari warisan tradisi kuliner Yogyakarta dan Jawa Tengah tempatnya berasal. Kearifan lokal kuliner istimewa kerap terbuat dari ketan. Ketan putih, ketan hitam, memiliki makna raketan (Jawa) artinya rekatan, pererat atau pulut bersifat seperti lem.
Hidangan dari ketan dibuat dalam varian menu kuliner, berupa tapai ketan hitam dibuat melalui proses fermentasi. Hasilnya, aroma wangi dan manis berbalut daun pisang disemat lidi. Sebagai pelengkap, ia kerap membuat lemper berisi serundeng dan abon. Berbahan ketan, ia juga membuat wajik kletik, olahan yang dikemas dengan kertas minyak.

“Hidangan terbuat dari ketan memiliki filosofi mempererat karena sifat beras ketan yang lengket, sebagai etnis Jawa jadi bahan kuliner istimewa pada hari khusus seperti hajatan hingga lebaran, untuk menghormati tamu dengan sajian yang khas muncul setahun sekali,” terang Suryati, Kamis (13/5/2021).
Suryati bilang, sejumlah persiapan pembuatan kuliner telah dilakukan sejak sepekan sebelum lebaran. Berbagai jenis kue kering, kue basah dibuat untuk menghormati handai taulan, keluarga yang datang berkunjung. Semuanya sebagai sarana, karena inti silaturahmi Idulfitri untuk meluruhkan dosa dan kesalahan. Komitmen untuk mengucap sesal, memulai kehidupan baru saling memaafkan.