Upaya Peremajaan Pohon Kelapa di Lamsel, Minim
Editor: Koko Triarko
Ahmat mengatakan lagi, peremajaan tanaman kelapa oleh petani sebagian dilakukan dengan kultivar yang lebih menguntungkan jenis cungap merah, kelapa hijau dan kopyor. Sementara kelapa hibrida dan kelapa dalam mulai jarang diremajakan, padahal memiliki prosek bagus secara ekonomis
Peremajaan tanaman kelapa, menurut Ahmat akan menjadi pengganti tanaman kelapa nonproduktif. Sebagian tanaman kelapa hibrida miliknya merupakan sisa tanaman yang disewa produsen gula kelapa. Jenis kelapa hibrida yang masih pendek, mudah dipanjat oleh produsen gula kelapa. Sebanyak 100 pohon tanaman disewa sebesar Rp2juta per tahun. Setelah hasil deresen berkurang, penyewaan dihentikan.
Ahmat mengatakan, rendahnya keinginan meremajakan tanaman kelapa dipengaruhi faktor ketesediaan bibit. Ia mengaku pernah ada program pembagian bibit kelapa oleh pemerintah. Namun, sebagian tanaman mati terkena hama kumbang penggerek. Sebagian petani memilih melakukan peremajaan bertahap dengan sistem penyulaman.
“Di sejumlah lahan dilakukan penanaman bibit kelapa kultivar yang cepat panen dan lebih menghasilkan,” ulasnya.
Kebutuhan kelapa, sebut Ahmat, banyak dimanfaatkan dalam kondisi muda. Per butir kelapa muda dijual ke pengepul seharga Rp4.000 dan di pengecer Rp8.000. Nilai ekonomis kelapa muda yang lebih cepat menghasilkan membuat petani tidak harus menunggu hingga tua. Saat mendekati Ramadan, sejumlah distributor bahkan telah memesan dengan kuota 5.000 butir per pekan.
Suwarna, petani di Desa Pasuruan, mengatakan, penebangan kelapa lebih banyak daripada peremajaan. Kebutuhan akan permukiman kerap menjadi penyebab penggunaan batang kelapa. Namun sebagian petani memilih memanam kelapa kultivar genjah dan gading di pekarangan rumah. Selain berguna untuk estetika, kelapa yang dihasilkan bisa dimanfaatkan untuk bumbu.