Bidang pertanian, menurutnya juga masih terbuka lebar, terutama subsektor pangan dalam pengembangan food estate atau kawasan sentra pertanian atau pangan.
“Investasi pengembangan beras premium melalui food estate sangat terbuka lebar. Belum lagi jagung untuk pakan ternak, keladi hitam dan porang untuk industri. Kita berharap dengan kunjungan ini Kalbar bisa menjadi prioritas investasi Rusia,” katanya.
Sementara itu, Perwakilan perdagangan Federasi Rusia, Sergei Rossomakhov, mengatakan meski Rusia dan Indonesia bukan mitra dagang utama, namun aktivitas ekspor dan impor sudah berjalan baik dan terus akan ditingkatkan.
Pada 2020, tambahnya, tercatat perdagangan Rusia dan Indonesia sebesar 2,5 miliar dolar AS. Ekspor Rusia ke Indonesia sebesar 600 juta dolar AS, sedangkan Impor Rusia ke Indonesia 1,9 juta dolar AS.
Ia menyebutkan, sejauh ini impor Rusia dari Indonesia berupa CPO dan turunannya, mesin peralatan, sepatu, industri coklat dan lainnya. Sedangkan ekspor Rusia ke Indonesia berupa pupuk, BBM, peralatan mesin dan lainnya.
“Kita saat ini meski belum menjadi investor besar, namun sudah masuk ke proyek besar seperti ke BUMN, yakni Petrokimia dan Pertamina. Nilai investasi kita di Indonesia sekitar 15 miliar dolar AS,” sebutnya.
Terkait hasil pemaparan dan laporan Provinsi Kalbar, investasi Energi Baru Terbarukan (EBT) seperti untuk PLTA menurutnya potensi besar.
“Potensi PLTA di Kalbar lumayan besar. Kami saat ini dengan Kementerian ESDM juga telah dan terus bekerjasama. Kami Rusia sangat berpengalaman dan paham soal EBT, termasuk soal Pembangkit Tenaga Nuklir atau PLTN,”jelasnya.