Peka Membaca Perubahan Iklim, Cara Petani Lamsel Budi Daya Tanaman

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

LAMPUNG – Membaca perubahan iklim sistem tradisional dengan mongso atau waktu masih dipertahankan petani di Lampung Selatan.

Mongso yang diterapkan untuk bercocok tanam dilakukan oleh Robiin, warga Desa Bakauheni, Kecamatan Bakauheni yang menanam labu madu. Budi daya komoditas pertanian sebutnya memperhitungkan mongso untuk pasokan air, ketahanan tanaman.

Masuk masa atau mongso kedua yang didominasi hujan ia mengaku menanam komoditas tomat dan cabai. Mengandalkan pasokan air dari sungai Gubuk Seng dengan sistem pompa, ia bisa membudidayakan cabai, tomat dengan mulsa plastik.

Selanjutnya menyongsong masa ketiga atau kemarau ia memilih komoditas labu madu. Tanaman tahan panas itu dipersiapkan untuk Ramadan dan Idulfitri.

Membaca iklim dalam dunia pertanian cukup penting bagi Robiin. Sebab faktor kelembaban, curah hujan dan potensi populasi organisme pengganggu tanaman (OPT) dipengaruhi lingkungan.

Tanpa ketepatan waktu risiko gagal panen bisa terjadi dengan populasi hama meningkat, busuk batang dan buah. Pengalaman otodidak juga dilakukan mengatur pola, jadwal tanam sesuai kebutuhan.

“Penanaman cabai untuk bumbu kerap memperhitungkan pergantian tahun, masa perayaan keagamaan saat kebutuhan bumbu meningkat. Masuk masa ketiga ini memasuki bulan Ramadan dan Idulfitri sehingga komoditas untuk kuliner jadi pilihan dengan dukungan sumber air memadai,” beber Robiin saat ditemui Cendana News, Rabu (21/4/2021).

Lingkungan yang mendukung sebut Robiin diiringi dengan pola tanam beragam. Sebab sejumlah tanaman bisa berpotensi menjadi sumber untuk pencegah hama.

Penanaman jagung manis dan labu madu dilakukan untuk mencegah hama kutu putih, hama busuk buah. Ia juga memakai perangkap alami memakai botol dan zat perekat agar lalat jantan tidak membuahi betina penyebab busuk buah.

Lihat juga...