Mengenal Tradisi Keramas ‘Merang’ Sambut Ramadhan di Bekasi
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
BEKASI — Tradisi keramas atau bebersihan keramas dengan abu merang dibakar menjadi salah satu budaya warga Bekasi saat menyambut bulan suci Ramadhan, di samping budaya lainnya. Merang, adalah jerami padi yang dibakar jadi arang kemudian diisi air, untuk disaring.

Dulu mendekati bulan suci Ramadhan, aroma bakaran merang begitu berasa di hidung, di setiap lingkungan perkampungan. Merang dibakar biar item dan abunya dimasukin bokor kecil dan di atasnya ditutupin kain tipis buat nyaring abu. Abu merang yang berwarna item selanjutnya dijadikan untuk keramas rambut dan seluruh badan, wanginya pun mampu membuat plong dan adem.
Tapi Tradisi itu sudah tidak terdapat lagi di Bekasi, dulu biasanya menjelang memasuki bulan suci Ramadhan, warga tua muda melakukan siraman (mandi keramas) untuk membersihkan seluruh tubuhnya menggunakan merang. Tapi tak kalah penting dari tradisi itu adalah bentuk upaya dalam membersihkan hati.
“Sekarang hanya tinggal ruwahan yang masih dilaksanakan di beberapa perkampungan di Kota Bekasi, saat menyambut bulan suci Ramadhan. Ruwahan didahulu dengan doa bersama, dilanjutkan dengan makan bersama,” ujar Aki Maja Budaya Bekasi, kepada Cendana News, Minggu (11/4/2021).
Tidak ada lagi tradisi nyorog atau hantar nasi dan lauk pauk kepada orang tua, saudara, sesepuh dan lainnya. Semua sepertinya ditukar dengan go send, sehingga nilai luhur makna dari nyorog itu sendiri tergusur. Tidak ada lagi hantaran sayur ikan bandeng dari anak kepada orang tua, saudara atau tokoh tertentu yang dihormati.