Berkebun di Lahan Tidur Cukupi Ketahanan Pangan
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Untuk hasil kebun tersebut, Yatno tidak menjualnya. Semua dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup dan warga sekitar rumahnya.
Menurutnya, warga yang ingin memanfaatkan hasil panen sayuran yang ia tanam diperbolehkan untuk memetiknya.
“Saya berkebun ini nggak untuk dijual, tapi buat cukupi kebutuhan pangan saja. Warga mau nyambel silakan petik cabainya. Mau daun kenikir, daun singkong atau pepaya, boleh. Saat panen cabai rawit dan pisang juga saya bagi-bagi saudara dan tetangga,” ungkap pria kelahiran Wonogiri 54 tahun ini.
Yatno mengaku berkebun ini memang membutuhkan modal seperti untuk membeli pot dan pupuk organik. “Modal beli pot dan pupuk itu sekitar Rp 400-an. Tapi itu bukan ukuran, yang penting hasil panen, semua warga dapat menikmati,” ujarnya.
Dikatakan dia, untuk bercocok tanam ini yang terpenting adalah niat untuk merawatnya dengan baik. Persoalan tidak memiliki lahan di halaman rumah, itu bukan alasan, karena bisa memanfaatkan lahan tidur menjadikan lingkungan lebih asri dan hijau.
“Saya cuma ingin mengubah kesan gersang jadi asri dan nyaman di lahan tidur bantaran kali ini, di temboknya juga disusun pot. Kebetulan rumah saya kan di pinggir kali ini, dan memang nggak punya lahan kosong untuk berkebun,” tandasnya.
Dalam berkebun ini menurutnya, Nani Hardianti, istri Yatno juga turun serta merawatnya. Apalagi jika ia harus bekerja tentu rutinitas menyiram tanaman menjadi tanggung jawab istrinya.
“Kalau saya kerja, istri yang nyiram cabai. Biasanya pakai air cucian beras, itu lebih bagus untuk kesuburan tanaman,” ujar Yatno.
Nani juga mengamini bahwa dirinya harus berperan menggantikan suaminya merawat tanaman tersebut. “Kita ini hobi bercocok tanam, jadi senang merawatnya. Bersyukurnya kalau panen sayuran dapat berbagi ke tetangga,” ujar Nani.