Rayakan ‘Ceng Beng’ Permintaan Kebutuhan Sesaji Meningkat

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

LAMPUNG – Tradisi ceng beng adalah waktu untuk menghormati leluhur dengan cara ziarah makam. Hal ini berdampak bagi pedagang buah.

Lukman, salah satu pedagang buah di pasar Bambu Kuning, Tanjungkarang, Bandar Lampung, menyebut, buah segar kerap digunakan untuk sesaji. Berbagai jenis buah segar yang dominan dibutuhkan meliputi anggur, jeruk, apel dan buah naga.

Tradisi ceng beng oleh etnis Tionghoa yang tinggal di wilayah Tanjungkarang, Teluk Betung tetap dipertahankan.

Sepekan sebelum perayaaan ceng beng sebagian warga akan membeli buah untuk kelengkapan sesaji di makam keluarga. Selain di makam sesaaji akan ditempatkan pada altar leluhur di dalam rumah dan vihara. Ia bisa menjual hingga puluhan kilogram buah berbagai jenis untuk kebutuhan ceng beng.

Kebutuhan buah segar menurut Lukman meningkat oleh faktor acara ceng beng dan mendekati bulan Ramadan.

Acara ziarah ceng beng sebutnya akan berlangsung hingga 5 April mendatang. Sementara awal puasa Ramadan diperkirakan pada 11 April mendatang. Stok buah diperoleh dari wilayah Lampung Timur, Jawa Barat dan Bengkulu. Buah segar dijual olehnya mulai harga Rp15.000 hingga Rp25.000 per kilogram.

“Buah segar banyak diperlukan untuk konsumsi, pembuatan minuman serta sejumlah kuliner namun saat tradisi ceng beng buah segar juga bisa jadi pelengkap untuk sesaji yang menjadi tanda bakti kepada leluhur saat bersembahyang etnis Tionghoa,” terang Lukman saat ditemui Cendana News, Sabtu (27/3/2021).

Saat ceng beng selain buah segar kebutuhan yang paling dicari berupa bunga.

Soni, salah satu pedagang bunga segar di pasar Bambu Kuning menyebut jenis bunga mawar, sedap malam, krisan banyak diminta.

Lihat juga...