PTM di Bekasi Telah Dimulai, Dinilai Terburu-buru

Editor: Makmun Hidayat

“Pertanyaan sekarang berapa persen orang tua yang mengizinkan anaknya mengikuti PTM di sekolah. Terus dari orang tua yang mengizinkan anaknya mengikuti PTM, latar belakangnya seperti apa, ini juga harus dilihat, jangan sampai mereka dari pada anaknya di rumah saja, lalu di lempar ke sekolah,” tukasnya.

Secara pribadi Andreas mengaku tidak setuju dengan Pemkot Bekasi. Dia meminta agar tidak dicontoh daerah lainnya di Jabodetabek terutama DKI Jakarta.

“Harus bersabar, toh saat ini sudah menjelang kenaikan kelas, selesaikan saja dulu semester ini. Soal mutu pendidikan, saya rasa tidak hanya Indonesia saja yang anjlok tapi negara lain juga, Indonesia yang paling bawa kemungkinan saja karena belum siap,”tuturnya.

Dia meminta persentase latar belakang yang mengizinkan anaknya mengikuti PTM ke publik. Sehingga bisa jelas, sebagai acuan pemerintah karena jika banyak orang tua yang mengizinkan karena tidak mendidik di rumah, karena sibuk dan lainnya. Tentu itu bukan solusi, sekolah hanya jadi tempat pelemparan masalah di rumah.

Sementara itu Wali Kota Bekasi, Jawa Barat, Rahmat Effendi, sebelumnya menyebutkan bahwa alasan efektivitas dan kebutuhan peserta didik menjadikan pemerintah memulai pembelajaran tatap muka (PTM) lebih awal dibanding daerah lainnya.

Dia juga mengklaim bahwa 92 persen wilayahnya berada di zona hijau. Hal lain telah melakukan antisipasi baik kepada guru melalui upaya vaksin ataupun di sekolah harus dengan protokol kesehatan ketat.

“Pembelajaran tatap muka atau PTM ini, jadi kebutuhan. Kenapa, kan tahu sendiri bahwa melalui daring katanya tidak efektif. Lagian PTM juga tidak dipaksakan, jika wali murid masih khawatir bisa melalui online,” ungkap Rahmat Effendi.

Lihat juga...