PKI Mainkan Dua Isu Kala Presiden Soekarno Jatuh Sakit

Keputusan PKI melakukan perebutan kekuasaan pada tahun 1965 dilatarbelakangi oleh dua situasi.

Situasi pertama, jatuh sakitnya “kawan sementara” sosok Presiden Soekarno yang powerfull dan kharismatis, dijadikan momentum bagi PKI untuk mengevaluasi koalisi taktisnya dengan kalangan borjuasi nasional dan segera memutuskan skema baru perebutan kekuasaan di Indonesia. Pada awalnya, Presiden Soekarno merupakan garansi bagi skenario “kudeta merangkak” PKI untuk menjadikan Indonesia sebagai negara komunis.

Perlindungan istimewa yang diberikan Presiden Soekarno terhadap PKI diyakini akan menjadikan Indonesia sebagai negara komunis pada tahun 1970 melalui proses alamiah atau menguasai parlemen dan birokrasi. Tidak efektifnya kepemimpinan Presiden Soekarno, berdasarkan analisis dokter-dokter Cina, Presiden dapat meninggal dalam waktu cepat atau menderita kelumpuhan permanen, akan menghadapkan PKI secara vis a vis dengan TNI AD yang kekuatannya memiliki potensi untuk membalik keadaan dengan menggulung superioritas PKI dalam waktu singkat.

Situasi kedua, PKI merasa cukup percaya diri dengan situasi revolusioner yang diciptakannya. Juga dukungan “partai sekawan” dalam payung Comintern atau Communist International maupun negara–negara komunis tetangga —khususnya RRC— untuk segera mengambil alih kekuasaan di Indonesia. PKI kemudian menciptakan politik medis dengan memanfaatkan dokter-dokter Cina untuk mempengaruhi atau membangun opini seputar kesehatan Presiden Soekarno. Perlu diingat, sebelum Presiden Soekarno sakit keras pada tanggal 4 Agustus 1965 dengan muntah-muntah dan hilang kesadaran, dokter-dokter Cina telah merawat Presiden sejak bulan Juni 1965.

Lihat juga...