Petani di Lamsel Gunakan Bahan Organik Jaga Kualitas Tanah

Editor: Koko Triarko

Sobirin mengatakan, degradasi atau penurunan kualitas tanah berpotensi terjadi imbas penghujan. Lahan pertanian yang berada di lahan perbukitan, kerap tergerus. Pembuatan sistem terasering dengan guludan dilakukan untuk mencegah bahan pembenah tanah terbawa aliran air. Tingkat kesuburan tanah oleh pembenah tanah sekaligus menjadi media tanam pohon. Pohon di lahan miring berfungsi untuk menahan longsor.

Penggunaan pembenah tanah melalui proses rekayasa hayati, juga dilakukan Siti Aminah. Warga Desa Sukabaru, Kecamatan Penengahan itu memilih pembenah tanah jenis padat dan cair. Bahan padat diperoleh dari pencampuran kompos daun, kotoran hewan. Setelah dibentuk menjadi padat, ia juga menaburkan pembenah tanah ke dalam drum untuk pelarutan.

“Saat akan diaplikasikan, maka pembenah tanah dilarutkan dengan air dan disiramkan pada tanaman,” cetus Siti Aminah.

Penggunaan pembenah tanah, sebut Siti Aminah, akan meningkatkan penyediaan unsur hara pada tanah. Formula yang dilarutkan akan memudahkan kandungan senyawa terserap oleh tanah dan tanaman. Penggunaan pembenah tanah yang kaya akan mikroba, cacing ikut menyuburkan tanah. Efesiensi penggunaan pembenah tanah terbukti pada suburnya tanaman tanpa penambahan zat kimia.

Meski sebagian petani memakai pembenah tanah organik, Agus Irawan, petani lain, tetap memakai pupuk kimia. Jenis pupuk kimia urea, NPK dan phonska akan meningkatkan kesuburan pada lahan tanaman jagung.

Pemberian pupuk itu menjadi tambahan setelah proses pengolahan memakai pupuk organik. Penggunaan pupuk organik akan menyuburkan tanaman jagung.

Petani di Desa Bakauheni itu mengaku jenis tanah putih didominasi padas. Penggunaan pembenah tanah akan memberikan unsur hara pada tanaman. Komposisi yang tepat, akan meningkatkan kesuburan pada tanah yang ditanami jagung.

Lihat juga...