Pandemi, Kontrol Penggunaan Ponsel pada Anak

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Maka, penggunaan smartphone bagi anak tidak disarankan untuk berlebihan, sehingga peran orang tua sebagai kontrol perlu diperketat.

“Bahkan pada usia anak di bawah 2 tahun, tidak diperkenankan bagi orang tua menunjukkan atau memperlihatkan smartphone. Kadang kala persepsi orang tua dalam pola asuh terhadap anak cenderung memberikan smartphonenya begitu saja, agar anak tidak menangis, tidak rewel.

Cara seperti itu salah dalam menerapkan pola asuh kepada anak. Sedangkan pada usia di bawah 5 tahun, penggunaan smartphone yang boleh hanya dalam kurun waktu 2 sampai 3 jam. Setelah itu disarankan untuk anak melihat tumbuhan yang hijau dan melakukan kegiatan fisik,” ucapnya.

Ali Sodikin menyebutkan,  aktivitas fisik di luar rumah juga bisa menjaga anak agar tidak mengalami kegemukan yang berlebihan.

“Paparan sinar matahari memiliki peran dalam asupan pertumbuhan anak yang baik. Semakin sering anak terkena sinar matahari maka akan telihat lebih ceria. Sedangkan anak yang jarang terkena paparan sinar matahari akan terlihat pucat, selalu lemas dan malas untuk melakukan kegiatan yang positif,” tegasnya.

Mahasiswa Universitas Jember, Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Holifa menyatakan, pembatasan penggunaan smartphone bagi anak memang perlu peran aktif dari orang tua.

Pembatasan penggunaan pada anak dapat dilakukan dengan mengajak mengobrol, berkumpul dengan keluarga atau mengajak anak untuk refreshing ke taman dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.

“Kecenderungan seorang anak yang lebih sering bermain telepon juga lebih mudah tersinggung, cepat marah, egoisnya tinggi,” ucapnya.

Contoh seperti itu tentu tidak baik, menjadikan anak tercetak individual.

Lihat juga...