Memahami Permakultur untuk Membangun Kehidupan Berkelanjutan

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Iskandar menyatakan, memang manusia memiliki hak untuk mengambil yang ada di alam. Tapi sifatnya terukur.

“Tidak boleh mengambil berlebih dari hak tersebut. Ini merupakan ketentuan mengikat dalam menjaga keseimbangan dengan alam. Karena alam itu setara dengan kita. Dan eksistensi manusia itu selalu berkaitan dengan alam. Tanpa ada alam maka tak ada manusia,” katanya tegas.

Proses pembangunan itu, lanjutnya, harusnya mencipta sesuatu. Bukannya merusak.

“Atau dengan kata lain, dalam mencipta kita harus memperhitungkan hasil akhirnya. Sama saja, jika kita melakukan sesuatu maka kita harus berpikir tentang apa residunya. Yang terjadi itu, manusia bukan memenuhi kebutuhannya, tapi memenuhi keinginan akan gaya hidupnya. Tanpa mempedulikan bahwa gaya hidup berlebih menimbulkan sisa atau yang disebut sampah itu,” urainya.

Permakultur, menurutnya, adalah bagaimana kita memahami fungsi setiap elemen alam dan memahami sifatnya dalam memanfaatkan untuk hasil optimal.

“Artinya, kita melakukan penataan elemen secara maksimal untuk mendapatkan hasil terbaik,” ungkapnya.

Misalnya elemen tanaman. Bagaimana kita melakukan penanaman dengan mempertimbangkan kita bisa mendapatkan makanan dari tanaman tersebut, tapi sekaligus juga menyuburkan lahan dan menghindari terjadinya erosi.

“Atau bagaimana kita menggabungkan pemanfaatan tanaman dalam menghindari panas matahari yang terlalu terik. Semuanya terhubung dan bisa saling melengkapi,” ucapnya.

Dan, salah satu aspeknya adalah keberagaman. Dimana dengan menekankan pada tatanan yang mengikuti keseimbangan alam, maka kebutuhan manusia, baik pangan maupun energi, terpenuhi.

Lihat juga...