Limbah Pertanian dan Gulma Picu Sedimentasi Sungai di Lamsel

Editor: Makmun Hidayat

LAMPUNG — Volume sampah dan sedimentasi meningkat di aliran Sungai Way Pisang, Way Sekampung di Lampung Selatan, membuat lingkungan sekitar sungai berimbas banjir dan sedimentasi badan sungai. Banjir yang merendam area persawahan pun merugikan petani.

Sukamto, petani di Desa Way Sekampung, Kecamatan Sragi menyebut sampah limbah pertanian meningkat saat penghujan. Curah hujan tinggi menjadi penyebab debit air sungai meningkat.

Sebagian warga yang memiliki kebun kerap membuang limbah pertanian ke sungai. Limbah pertanian tersebut meliputi tandan buah sawit, tebon jagung, ranting, batang tanaman hingga bambu. Beberapa sampah rumah tangga yang dibuang ke sungai berasal dari bagian hulu menyumbat bendungan dan pintu air.

Persoalan klasik tahunan berimbas lingkungan tersebut diakui Sukamto merugikan petani. Sejumlah permukiman warga di Desa Way Sekampung, Desa Bandar Agung, Kecamatan Sragi ikut terdampak luapan sungai. Sampah kiriman yang menumpuk di titik bendungan berimbas pendangkalan atau sedimentasi. Jangka panjang gulma yang tumbuh jenis enceng gondok, apo apo, kangkung menyumbat saluran.

“Membuang sampah di sungai berupa limbah pertanian, sampah rumah tangga cukup praktis dilakukan untuk pembersihan lahan pertanian namun dampak bagi lingkungan sungai akan sangat mengganggu dalam jangka pendek dan jangka panjang,” terang Sukamto saat ditemui Cendana News, Rabu (3/3/2021).

Sukamto bilang bagi masyarakat DAS Way Pisang, Way Sekampung siklus lima tahunan banjir kerap terjadi. Bagi lahan pertanian banjir mengakibatkan kerusakan tanaman padi, area pertambakan. Kerugian secara material dialami petani dan potensi kerusakan tanggul penangkis kerap terjadi. Luapan sungai saat banjir bahkan jadi langganan merendam permukiman warga.

Lihat juga...