‘Kampung Buku’ Ajarkan Anak Cinta Membaca
Redakur: Satmoko Budi Santoso
Di awal pandemi Covid-19, menurut Edy, kunjungan anak-anak ke taman bacaan berkurang. Namun sekarang ini sudah mulai ramai lagi dengan tetap menjaga protokol kesehatan.
“Awal pandemi mah tidak ada yang berkunjung ke sini. Tapi sekarang mulai ramai lagi, biasanya usai PJJ, anak-anak ke sini membaca buku,” imbuhnya.
Bahkan kata Edy, semua program edukasi yang telah dicanangkan akan digelar dibatalkan karena tidak ingin mengundang kerumunan.
Namun dalam kondisi pandemi, Edy tetap semangat melayani peminjaman buku online bagi masyarakat. Yakni dengan mengantarkan buku koleksi ke peminjam.
“Salah satu ikhtiar juga karena era pandemi melayani jemput bola bagi peminjam, dengan transportasi sepeda. Jadi kalau ada yang pinjam whatsapp (wa) ke saya, asal ada bukunya dianter. Tapi masih terbatas wilayah kecamatan Ciracas saja,” paparnya.
Jika bukunya selesai dibaca, Edy pun akan meluncur dengan sepedanya untuk mengambil buku tersebut ke rumah peminjam. “Batas waktu pinjam buku itu dua minggu, kalau cepat lebih bagus, dan selesai dibaca, saya yang ambil bukunya,” imbuhnya.
Lebih lanjut Edy menegaskan, budaya membaca itu sebenarnya tidak hanya kepada anak yang harus diedukasi. Tetapi orang tuanya juga harus diedukasi.
Sehingga kata dia, setelah mengedukasi anak dan orang tua diharapkan orang tua peduli kepada anaknya menanamkan budaya gemar membaca. Karena merekalah yang setiap hari bertemu anaknya di rumah.
“Justru ujung tombaknya di orang tua. Nah, kalau taman bacaan ini sebenarnya penunjang saja, sebagai pengingat pentingnya membaca. Karena membaca itu bukan suatu kewajiban, tapi kebutuhan. Anak jadi cinta buku, butuh untuk membaca,” ujar penulis Panduan Sang Petualang, dan buku lainnya.