Dolar Menguat Terkerek Lonjakan Imbal Hasil Obligasi
NEW YORK — Dolar AS menguat secara luas pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena imbal hasil obligasi pemerintah AS yang lebih tinggi membantunya memulihkan semua kerugiannya dari sesi sebelumnya menyusul tekanan Federal Reserve terhadap ekspektasi pasar tentang potensi kenaikan suku bunga.
Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, naik 0,53 persen menjadi 91,853, setelah jatuh 0,56 persen ke level terendah dua minggu di 91,30 di awal sesi.
Ekonomi AS sedang menuju pertumbuhan terkuatnya dalam hampir 40 tahun, bahkan ketika para pembuat kebijakan bank sentral berjanji untuk tetap bertahan meskipun diperkirakan ada lonjakan inflasi, kata Fed pada Rabu (17/3/2021).
Sementara inflasi diperkirakan akan melonjak menjadi 2,4 persen tahun ini, di atas target bank sentral 2,0 persen, Ketua Fed Jerome Powell mengatakan itu dipandang sebagai lonjakan sementara yang tidak akan mengubah janji Fed untuk mempertahankan suku bunga acuan mendekati nol.
“Pasar sedang bermain-main dengan The Fed, bertaruh bahwa fungsi reaksi bank sentral akan berkembang setelah kebijakan ultra-dovish hari ini berhasil menghasilkan inflasi di atas target,” kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Cambridge Global Payments.
“Para pedagang pada dasarnya bertaruh bahwa Powell akan berhasil membuktikan dirinya salah. Ini memiringkan perbedaan suku bunga demi dolar dan menghancurkan mata uang yang sensitif terhadap suku bunga secara global,” tambahnya.
Menyusul pernyataan Fed pada Rabu (17/3/2021), imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan turun dari tertinggi 13-bulan 1,69 persen yang dicapai pada Rabu pagi. Pada Kamis (18/3/2021), imbal hasil obligasi 10-tahun melanjutkan reli baru-baru ini mencapai tertinggi baru 13 bulan di 1,754 persen.