JAKARTA – Pemerintah terus mendorong penggunaan bahan bakar alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap kebutuhan impor energi, salah satunya melalui pemanfaatan Dimethyl Ether (DME), untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga.
Perekayasa Utama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Unggul Priyanto, mengatakan penggunaan DME mampu menghemat konsumsi elpiji sebanyak 20 persen.
“Angka ini perhitungannya untuk efisiensi kompor dan getting value hanya sampai 20 persen,” kata Unggul Priyanto, dalam diskusi daring di Jakarta, Jumat (12/3/2021).
Bila substitusi DME dilakukan di atas angka 20 persen, maka akan menyebabkan pengkerutan pada komponen karet dan non-metal pada kompor elpiji.
“DME enggak bisa dipakai 100 persen, kecuali semua peralatannya ganti–kompor ganti, selang ganti–itu ribet dan mahal, tetapi kalau kita berani ke sana, ya enggak masalah, karena ini pilihan,” kata Unggul.
Saat ini, konsumsi elpiji di Indonesia mencapai 7 juta metrik ton per tahun, sedangkan angka produksi elpiji dari kilang-kilang minyak dan gas hanya 2 juta metrik ton, sehingga pemerintah harus mengimpor sekitar 5 juta metrik ton atau 75 persen kebutuhan elpiji setiap tahun.
Substitusi DME 20 persen mampu memperbaiki neraca perdagangan yang timpang akibat belanja impor elpiji, karena karakteristik DME mirip dengan komponen elpiji berupa propana dan butana, sehingga bisa diterapkan untuk bahan bakar rumah tangga.
Dalam APBN 2021, pemerintah menyiapkan subsidi elpiji tabung ukuran tiga kilogram untuk konsumsi rumah tangga sebanyak 7,5 juta metrik ton, dengan nilai anggaran mencapai Rp40,29 triliun.