Usaha Kerajinan Bambu di Bandar Lampung Bertahan Kala Pandemi

Editor: Koko Triarko

Asna memasarkan produknya dengan memajang saung di tepi Jalan Wan Abdurahman. Sebagai kawasan yang kerap dilintasi masyarakat untuk menuju tempat wisata, kerajinan berbahan bambu sangat diminati.  Selain saung, ia juga membuat tangga, kirai, keranjang dan peralatan lain sesuai pesanan. Saat pandemi Covid-19, permintaan meningkat untuk sejumlah kafe, tempat wisata dan restoran.

Meski penjualan seret, Asna mengaku masih tetap mendapat pesanan. Sejumlah kerajinan dijual mulai harga Rp100.000 untuk tangga dan kurungan. Kerajinan kursi santai, meja dan ayunan dijual mulai harga Rp200.000. Saung bambu berukuran kecil, sedang hingga besar dijual mulai harga Rp2,5juta hingga Rp4juta. Berbagai jenis kerajinan bambu tersebut rata-rata terjual lebih dari dua buah per pekan.

“Kerajinan bambu memiliki pangsa pasar khusus, sebagian alat memang dibutuhkan untuk mendukung usaha lain,” bebernya.

Peralatan jenis tangga, sebutnya, dibeli oleh sejumlah tukang bangunan, petani pemilik kebun durian. Keranjang atau rombong dipergunakan oleh sejumlah pedagang durian keliling.

Pemilik usaha peternakan ayam juga kerap memesan kurungan dan kandang ayam. Setiap peralatan tersebut dijual mulai harga puluhan hingga ratusan ribu rupiah. Bahan bambu belah untuk pembuatan pagar per ikat dijual olehnya seharga Rp90.000.

Saat pandemi Covid-19, sebagai pelaku usaha kecil, Asna tidak terkoneksi ke perbankan. Ia mengaku menggunakan modal sendiri dan belum pernah meminjam. Ia juga berharap adanya bantuan modal usaha kecil untuk pengembangan usaha. Namun, akses untuk mendapatkan tambahan modal masih belum diperolehnya.

Lihat juga...