Produk UMKM Indonesia di Pasar E-Commerce Kalah Saing dengan Cina

Editor: Koko Triarko

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Nailul Huda, pada webinar tentang digitalisasi UMKM di Jakarta, yang diikuti Cendana News, Selasa (23/2/2021). -Foto: Sri Sugiarti

Dia mencontohkan, sebuah kapal pengangkut barang UMKM dari Papua yang akan dikirim ke Jakarta.  “Ongkos kirim barangnya akan lebih mahal, apalagi kirimnya, misalnya, cuma satu barang saja. Maka, di sinilah pelabuhan belum efisien,” tukasnya.

Apalagi, menurutnya, Cina telah mengadakan perjanjian perdagangan bebas dengan ASEAN. Sehingga sangatlah berat bagi penyedia platform e-commerce lokal untuk memberikan restriksi barang impor masuk ke Indonesia.

Dia menyebut, pasar domestik Indonesia sangat menarik bagi pelaku e-commerce. Apalagi, dengan pertumbuhan kelas menengah dan generasi gadget yang sangat pesat.

Mereka yang sangat haus akan diskon produk ditangkap oleh produsen Cina untuk menjual  barang produksinya kepada masyarakat atau konsumen  Indonesia.

“Produknya murah, ada diskon ongkir. Ini yang selalu jadi pilihan konsumen kita,” tukasnya.

Namun, menurutnya merebaknya produk Cina akan berdampak ketidakseimbangan persaingan antara produsen di Cina yang sudah besar dan efisien dengan pelaku UMKM lokal. Sehingga kondisi ini lama-kelamaan akan menggerus pangsa pasar UMKM Indonesia yang hingga saat ini terus terpuruk.

“UMKM kita nggak bisa bersaing lagi, terpuruk. Akibatnya banyak UMKM yang tidak menjual produknya ke platform e-commerce,” tukasnya.

Hal yang bisa dilakukan untuk membangkitkan pasar, menurutnya adalah platform e-commerce harus memberikan ruang khusus bagi produk UMKM lokal, tanpa menghambat produk impor.

“Berikan space khusus bagi mereka, bisa dengan cara iklan promosi produk UMKM, atau situs platform e-commerce,” tutupnya.

Lihat juga...