Produk UMKM Indonesia di Pasar E-Commerce Kalah Saing dengan Cina

Editor: Koko Triarko

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Nailul Huda, pada webinar tentang digitalisasi UMKM di Jakarta, yang diikuti Cendana News, Selasa (23/2/2021). -Foto: Sri Sugiarti

JAKARTA – Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Nailul Huda, mengatakan proporsi produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Indonesia hanya berada di angka 4-5 persen di pasar e-commerce.  Hal ini karena karakteristik konsumen Indonesia yang lebih memilih harga murah, bahkan bisa free ongkir dari platform digital.

“Ya, miris. Proporsi produk UMKM kita cuma 4-5 persen di pasar e-commerce. Tapi ini kan dampak dari karakristik konsumen kita yang rasional terhadap harga atau price oriented consumer,” ujar Huda, pada webinar tentang UMKM di Jakarta, yang diikuti Cendana News, Selasa (23/2/2021).

Ironisnya juga, kata dia, platform e-commerce dalam negeri juga tidak bisa melakukan pembatasan terhadap asing, dalam hal ini produk-produk dari Cina yang terus mengempur.

Barang-barang Cina yang dipasarkan di Indonesia juga relatif lebih murah dibandingkan produk UMKM lokal. Sehingga, banyak transaksi produk asal Cina yang merupakan kebutuhan sehari-hari yang dibeli konsumen Indonesia.

“Platform lokal tidak membatasi barang impor, karena mereka harus mengejar konsumen, agar bisa memperoleh dana,” ujarnya.

Apalagi, tambah dia, produk-produk murah yang dijual di e-commerce akan memancing banyak konsumen yang dapat menguntungkan.

“Produk Cina bisa dijual murah di e-commerce Indonesia,  karena biaya produksi Cina lebih efisien dibandingkan produksi UMKM kita,” imbuhnya.

Dalam hal produksi, jelas dia, pelaku UMKM dalam negeri lebih banyak menggunakan biayanya untuk tenaga kerja, dibandingkan biaya modal produksinya.

Di samping itu, kata dia, ongkos kirim barang dari Cina lebih murah  dibandingkan dengan biaya logistik antar pulau di Indonesia. Hal ini disebabkan infrastruktur pelabuhan di Indonesia belum memadai, sehingga berdampak pada tarif angkut menjadi mahal.

Lihat juga...