Prediksi Sutami ‘Jawa Tenggelam’ Makin Nyata

Jurnalis: Koko Triarko

“Sekarang terbukti. Banjir dan tanah longsor terjadi di mana-mana. Juga banjir rob seperti di Tegal, Semarang dan sebagainya,” cetus Mukrom.

Kendati pada era reformasi 1998 banyak kalangan kemudian menilai adanya banyak kerusakan lingkungan, Mukrom menegaskan, bahwa di zaman Presiden Soeharto lingkungan dan kelestarian alam sudah menjadi isu penting yang ditindak-lanjuti dengan langkah-langkah nyata dan strategis.

“Bahkan tidak cukup hanya dengan membuat departemen transmigrasi, Pak Harto juga membentuk kementerian kependudukan dan lingkungan hidup, dan menunjuk Prof. Emil Salim sebagai menterinya,” kata Mukrom.

Mukrom menolak, jika program transmigrasi disebut menjadi salah satu faktor terjadinya kerusakan lingkungan atau berkurangnya hutan lindung, dengan adanya kegiatan pembukaan lahan.

Mukrom menegaskan, transmigrasi dilakukan dengan pembukaan lahan secara terukur dan terencana. Tiap kepala keluarga diberikan lahan seluas 2 hektare, dan lahan-lahan tersebut ditanami tanaman-tanaman produktif seperti karet. Juga menjadi lahan persawahan yang hingga kini sangat bermanfaat.

Mukrom menyebut, kampung halamannya di Ogan Ilir, Tanjung Lubuk, Sumatera Selatan, juga merupakan kampung penerima warga transmigrasi dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali.

“Lumbung pangan di Sumatera Selatan dihasilkan dari kampung-kampung transmigrasi itu. Jadi, kalau ditanya manfaat transmigrasi, saya sendiri sebagai warga kampung penerima warga transmigran, sangat mengakui. Warga kampung saya yang dulu hanya mengenal sawah tadah hujan, sejak adanya waduk dan warga transmigran, bisa panen padi setahun dua-tiga kali,” kata Mukrom.

Lihat juga...