MUI: Krisis Lingkungan Hidup Berdimensi pada Moral
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
JAKARTA — Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai kegiatan manusia yang tidak ramah lingkungan bermuara pada krisis moral akan mengancam keberlanjutan kehidupan alam semesta.

Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (LPLH SDA) MUI, Hayu Susilo Prabowo mengatakan, krisis lingkungan hidup berdimensi banyak aspek, tapi bersifat krisis moral direfleksikan dalam gaya hidup manusia modern yang kurang mempertimbangkan kehidupan berkelanjutan.
“Krisis lingkungan hidup dengan berbagai manifestasinya, sejatinya adalah krisis moral. Karena manusia memandang alam sebagai objek untuk dikuras, bukan subyek untuk dipelihara bagi kelangsungan kehidupan alam semesta,” ujar Hayu, pada webinar bertajuk ‘Membangun Peradaban Lingkungan’ di Jakarta yang diikuti Cendana News, Rabu (24/3/2021).
Menurutnya, kegiatan manusia yang tidak ramah lingkungan berdampak pada lingkungan dan kehidupan manusia itu sendiri.
Padahal Indonesia merupakan negara terkaya keragaman hayati di dunia. Namun sumber daya alamnya telah terkuras kerakusan manusia.
Terbukti 90 persen listrik di Indonesia masih tergantung dari bahan fosil yang merusak lingkungan. Diperkirakan cadangannya akan habis dalam beberapa dasawarsa. Begitu sumber air mulai mengering karena daya serap tanah yang semakin rendah.
Berkurangnya ruang hijau dan pemanasan global yang membuat air lebih banyak menguap ke langit. Penggunaan bahan bakar fosil, selain jumlahnya terbatas juga menyebabkan emisi dan terjadinya efek rumah kaca.