Usaha Jasa Pangkas Rambut Terdampak Pandemi

Editor: Koko Triarko

BANDUNG – Derry (31), pria asal Garut, Jawa Barat, terpaksa harus menutup usaha pangkas rambut yang dirintisnya sejak 2015 akibat minimnya pelanggan selama masa pandemi. Biaya sewa tempat dan listrik tidak sanggup lagi ia tutupi.

“Berat, tidak ada pelanggan yang datang potong rambut. Padahal, sebelum ada Corona, minimal dapat 15 pelanggan sehari,” kata Derry saat ditemui di lokasi pangkas rambutnya yang baru, di Desa Patrolsari, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, Selasa (19/1/2021).

Namun, kini Derry berusaha kembali bangkit setelah salah seorang rekan menawarkannya kerja sama dengan menyediakan tempat secara gratis, sementara alat pangkas adalah miliknya. Seluruh pendapatan dari pangkas rambut nantinya dibagi dua.

“Alhamdulillah sekarang coba bangkit lagi. Meskipun pendapatannya kecil, yang penting ada. Dan, tidak harus bayar sewa tempat,” ujarnya.

Derry menyebut, tarif pangkas rambut orang dewasa sebesar Rp15.000, sementara untuk anak-anak Rp12.000. Khusus untuk pendapatan dari pangkas rambut orang dewasa akan dipotong Rp2.000 untuk listrik, sisanya Rp13.000 dibagi dua.

“Tarif memang relatif murah, karena kita sesuaikan lokasi, kan di sini termasuk perkampungan. Tapi alhamdulillah, sudah sebulan jalan, sehari paling sedikit 10 orang datang potong rambut,” tandasnya.

Lebih lanjut, Derry bersyukur bisa kembali berusaha setelah hampir tiga bulan tanpa pekerjaan. Derry juga mengaku beruntung sampai saat ini belum berkeluarga, sehingga pengeluaran tidak terlalu besar.

“Pendapatan sebulan dari usaha pangkas rambut ini sekitar Rp2 juta, cukuplah buat kebutuhan sendiri. Semoga Corona ini bisa segera selesai. Biar semua balik normal lagi,” tukasnya.

Lihat juga...