Memohon Tambahan Ilmu Tauhid

OLEH HASANUDDIN

TAUHID adalah salah satu di antara dua jalan. Yang lainnya adalah jalan diluar tauhid. Tatkala jiwa seorang hamba melalui penyaksiannya telah mengkonfirmasi akan Zat melalui kefanaan jiwa atau kebaqaannya jika ia menggunakan akal, bahwa tauhid adalah satu-satunya jalan keselamatan–jalan yang lurus.

Maka selanjutnya jiwa berkata:

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6)

“Tunjukilah kami jalan yang lurus.” (QS. Al-Fatihah ayat 6).

Perkataan ini, menunjukkan bahwa jiwa telah melihat dua jalan. Jalan ketauhidan dan jalan diluar jalur ketauhidan. Namun jiwa kesulitan membedakannya kecuali setelah melihat kepada ruh, yang berjalan di atas jalan ketauhidan (jalan yang lurus), maka jiwa pun mengenali jalan yang lurus berdasarkan yang ia saksikan dari petunjuk yang diberikan oleh ruh. Inilah makna dari perintah Allah swt kepada Nabiullah Muhammad saw:

وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا (114

“Dan katakanlah; Rabbku, tambahkanlah aku ilmu.” (QS. Thaha ayat 114).

Yang dimaksud ayat ini menurut Ibnu Arabi adalah tambahan akan ilmu yang terpaut dengan Allah, agar bertambah makrifat tentang tentang tauhid terhadap “hal banyak” (al-kasrah). Sehingga dengan hal itu, bertambahlah keinginan Rasulullah memuji-Nya, yang berdampak pada bertambahnya fadhilah (keutamaan) dengan tanpa henti dan tanpa putus-putusnya.

Bahwa Rasulullah oleh Allah diminta agar meminta tambahan ilmu tauhid, hal ini diketahui dari sabda beliau: “Ya, Allah berkahilah kami di dalamnya, dan berikanlah kami makanan yang baik darinya”. Juga di dalam sabda beliau; “Ya, Allah berkahilah kami di dalamnya dan tambahkanlah kami darinya.” (Hadits ini terdapat dalam Ibnu Majah, At’imah 3322, Abu Dawud, Asyribah 3730, Tirmidzi, Da’awat 3455).

Lihat juga...