Petani Terpaksa Keluarkan Biaya Ekstra untuk Atasi Hama
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
LAMPUNG — Masa tanam musim penghujan atau rendengan, petani di Lampung Selatan harus keluarkan biaya ekstra akibat curah hujan tinggi. Hal tersebut berimbas kerusakan pada lahan dan tanaman terutama di perbukitan.
Lasiman, petani jagung di Desa Ruguk, Kecamatan Ketapang menyebut hama dan gulma menjadi penyebab pengeluaran biaya lebih tinggi dibanding kondisi normal. Pembuatan drainase pada lahan pertanian jagung dilakukan meminimalisir kerugian, namun curah hujan tinggi berimbas sebagian lahan tergerusi.
Selain imbas lahan tergerus hujan, pertumbuhan gulma jenis rumput kawatan, rumput sindat gangsir, gelagah melaju pesat. Sistem penyiangan memakai cara manual dengan pencabutan rumput diganti proses penyemprotan herbisida. Meski efektif, biaya yang dikeluarkan untuk obat herbisida lebih tinggi.
“Selain penyemprotan gulma rumput pada lahan seluas empat hektare, saya juga harus mengeluarkan biaya ekstra untuk obat pembasmi hama jenis ulat grayak yang pesat perkembangannya kala penghujan, merusak bagian daun dan pangkal batang tanaman jagung,” terang Lasiman saat ditemui Cendana News, Senin (7/12/2020).
Lasiman memilih varietas jagung NK dan DK yang memiliki ketahanan terhadap penyakit bulai dan daun. Selain penggunaan insektisida pembasmi hama ia memilih melakukan proses pemantauan langsung.
Masa tanam musim rendengan sebut Lasiman petani harus lebih banyak berada di kebun. Sejak pagi ia mulai melakukan proses penyemprotan gulma rumput dan hama ulat grayak. Penanganan tepat sekaligus perawatan dengan penyiangan rumput akan meminimalisir serangan.
“Langkah pencegahan dan penanganan saat penanaman dilakukan dengan asupan pupuk yang baik agar tanaman kembali pulih paska serangan,” tegasnya.