Ini Keturunan Terakhir Kerbau Peliharaan Soeharto di Kemusuk
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
“Kerbau bule itu milik orang tua Pak Harto yang dipelihara secara turun temurun. Kemudian dilanjutkan dipelihara oleh adik Pak Harto, yakni Pak Wito (Noto Soewito), yang juga merupakan adik Pak Probosutedjo. Dan sekarang diurus oleh keluarga anak-anak dari Pak Wito,” ujarnya, Rabu (16/12/2020).
Gatot yang juga merupakan pengelola Museum Memorial HM Soeharto ini menyebut, semasa Pak Wito masih hidup, jumlah kerbau bule yang ada di Kemusuk terbilang cukup banyak. Namun semakin lama jumlahnya semakin berkurang, dan sekarang tinggal satu ekor saja.
“Karena memang kerbau bule itu hanya kawin dan berkembang biak dengan satu keturunan atau satu peranakan saja. Sehingga mungkin secara gen hasil anakannya menjadi kurang bagus sehingga banyak yang mati,” ungkap Gatot.
“Selain itu kerbau bule itu juga banyak diminta oleh sejumlah pihak untuk keperluan ritual pembangunan proyek di berbagai daerah, misalnya saat hendak membangun jembatan, dan lain-lain. Karena memang kerbau bule itu tidak boleh diperjualbelikan, maka ya diberikan,” imbuh Gatot.
Sementara itu, salah seorang warga sekitar yang dipercaya untuk merawat kerbau bule tersebut, Mugi, mengaku, memperlakukan kerbau bule itu seperti hewan ternak pada umumnya. Ia biasa memberi makan kerbau bule berjenis kelamin jantan itu dengan rumput-rumputan maupun damen (batang padi).

“Kerbau bule ini merupakan anakan terakhir yang tersisa dari indukan sebelumnya. Karena hanya tinggal satu ekor, maka kerbau bule ini dijodohkan dengan 2 ekor kerbau betina biasa. Saat ini sudah menghasilkan 1 ekor anakan, dan satu betina sedang bunting,” ungkapnya.