Usaha Pembuatan Perahu di Lamsel Optimalkan Bambu Berkualitas

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Abdulah bilang kepemilikan bambu dengan syarat tua, yaitu ditebang saat bulan mati, panjang delapan meter dan diameter besar jadi pilihan.

Satu batang bambu hitam dengan kualitas bagus sebutnya dibeli dari petani seharga Rp10.000 per batang. Jenis bambu betung dan ori dengan ciri khas batang besar bahkan dibeli seharga Rp30.000 per batang. Bambu yang awet sebutnya, bisa bertahan selama setahun dan akan diganti jika rusak.

Satu perahu bagan congkel sebutnya, butuh minimal 50 batang bambu. Bambu akan digunakan untuk alat penyeimbang perahu, pengangkat waring penangkap ikan teri dan cumi. Sebagai pemilik perahu Abdulah kerap mendapat pesanan untuk perbaikan perahu nelayan lain. Sektor jasa pertukangan untuk pembuatan perahu menjadi sumber usaha baginya dan nelayan lain.

“Selain melakukan perbaikan perahu yang saya miliki, pemilik perahu lain kerap minta dibantu untuk perbaikan alat tangkap,” cetusnya.

Tukang kayu bernama Subari di Muara Piluk, Bakauheni menyebut, ia kerap mendapat pesanan pembuatan bagan apung dan perbaikan perahu.

Proses pembuatan bagan apung sebutnya membutuhkan ratusan batang bambu. Dibantu empat pekerja lain pembuatan bagan apung butuh waktu hingga enam bulan. Ia melakukan proses pembuatan bagan apung dengan sistem borongan hingga selesai.

“Bahan bambu, tali, pelampung dan peralatan lain sudah disediakan oleh pemilik bagan apung,” cetusnya.

Sekali proses pembuatan bagan apung ia bisa mendapat upah jasa hingga belasan juta. Sementara bagi pemilik bagan apung untuk sarana penangkapan ikan laut bisa menghabiskan puluhan juta rupiah.

Konstruksi bagan apung sebutnya banyak dibuat dari bambu dan kayu jenis bayur serta laban. Bahan baku yang mahal ikut mendorong tingginya nilai bagan apung.

Lihat juga...