Renograf Karya Anak Bangsa Sudah Masuk Pasar Internasional
Editor: Koko Triarko
“Bagi saya, Renograf ini menjadi bukti bahwa anak bangsa bisa menciptakan alkes yang berkualitas, yang tervalidasi oleh IAEA dengan bermodalkan SDM lokal dan bahan baku lokal,” ucapnya lagi.
Selain biaya investasi yang menjadi lebih murah dan konsumsi energi yang sangat sedikit, Isep menyatakan isotop yang dipergunakan renograf sebagai tracer sudah diproduksi di dalam negeri juga.
“Dengan begitu, yang diuntungkan adalah masyarakat Indonesia sendiri. Karena bisa mendapatkan pelayanan kesehatan maksimal dengan harga yang terjangkau,” kata Isep lebih lanjut.
Dalam skup yang lebih luas, Isep menyampaikan Renograf ini bisa menjadi inspirasi bagi perusahaan alkes lainnya untuk masuk dalam produk radioisotop, atau radiofarmaka dan mulai bersaing di kancah internasional.
“Memang industri masih lemah kepercayaannya terhadap produk inovasi riset, apalagi produk nuklir. Sehingga, banyak yang tidak mau. Belum ditambah dengan proses perizinan yang tidak mudah dan menghabiskan waktu yang cukup lama kalau kita mengembangkan hasil riset teknologi nuklir. Kendala juga masih muncul pada beberapa bahan baku yang masih impor,” ujarnya.
Untuk itu, ia menyatakan pentingnya kolaborasi dan kerja sama antara pemangku kepentingan dalam melakukan perencanaan dan strategi Road Map produk inovasi riset, terutama nuklir.
Kepala Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir (PRFN) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Kristedjo Kurnianto, menyebutkan BATAN selalu membuka diri pada perusahaan-perusahaan yang ingin mengembangkan prototype yang diciptakan BATAN.
“Salah satu syarat prototype itu masuk ke industri dan diterima masyarakat adalah jika lulus uji. Salah satunya uji kelistrikan dan uji EMC. Dan, memang pengujian ini membutuhkan waktu yang panjang,” ujarnya, dalam kesempatan yang sama.